We Home

Thank for visit. leave your coment, please :)

Waiting Outside the Line (Chapter 7)

45 Komentar

Title            : Waiting Outside the Line
Author        :  Cahya Khosyiah
Main Cast   :  Kim Myungsoo | Bae Sooji
Other Cast  : Kim Moonsoo | Choi Minho | Jung Soojung | Lee Sungyeol |
Original Cast: Yuna | Kim Sangbum |
Special Cast:
Pairing         : Myungzy JJANG!
Genre          : Romance, Married Life.
Rate             : 18+
Disclaimer   : Bae Suzy masih milik Lee Min Ho, Myungzy hanya sebuah fiction. Cerita ini merupakan karangan fikti belaka, hasil imajinasi liar author. Jika ada kesamaan karakter adalah sebuah ketidak sengajaan. Cast dalam cerita ini milik agensi, keluarga, dan pacar masing-masing. But this story is my mine.
Huruf tebal untuk flashback
R&R

WOTL
////////////////////////////////////////////////// ~
“Kita akan kemana?” Sooji mengarahkan pandangannya keluar jendela, sebuah pedesaan dipinggir kota. Hamparan sawah hijau dan  siulan buruung, Sooji hafal betul rute jalanan yang mereka lewati ini.
“Aku sudah menyuruh Sungyeol untuk mengontrol keadaan ke pabrik. Jadi jangan khawatir.”

“Aku bisa kesini sendiri, tidak perlu kau antarkan.” Balas Sooji.

“Duduk tenang lah dan nikmati perjalanan.”

Tepatnya setahun yang lalu. Meskipun hanya setaun sekali, bagaimana bisa Sooji melupakan jalan menuju peristirahatan mendiam ibunya. Namun sekarang yang sedang menganggu pikirannya adalah bagaimana bisa Myungsoo membawa Sooji kemari?

“Makam , eh?”
Sooji memutar kepalanya ke samping, “Siapa yang memberitahumu?”

“Kau akan tau setelah sampai sana.” Jawab Myungsoo.

Sebuah kuil di desa pinggir kota.
Kuil dimana abu ibu Sooji disemayamkan. Sooji tak tau pasti Myungsoo tau tempat ini dari siapa namun hal ini membuat hatinya berbunga, seperti perasaan tenang karna itu artinya Myungsoo memperhatikannya.

Melewati jalan berbatu lalu pohon-pohon tumbuh disisi jalan, Myungsoo menghentikan mobilnya didepan gapura kuil. Sang pria turun terlebih dulu kemudian membukakan pintu untuk Sooji. Sang gadis sempat ragu –dia masih merasa aneh- namun senyum serta uluran tangan Myungsoo seolah meyakinkan Sooji bahwa dia Myungsoo asli bukan jelmaan.

“Ayah,,,” cicit Sooji sangat pelan. Ia berhenti didepan pintu masuk, dilihatnya sang ayah sedang melakukan sembahyang.  Disana, diatas meja tertata beberapa makanan dan buah-buahan  kemudian  ada foto Ibu Sooji terletak ditengah.

“Kalian sudah datang? Kalau begitu ayah keluar dulu.” Sebelum keluar Ayah Sooji menepuk pundak Myungsoo.

Sooji bersama Myungsoo membungkuk dua kali, memberi penghormatan kepada Ibu Sooji yang sudah meninggal. “Eoma,,,” Ucapan Sooji terpotong, dia menoleh pada Myungsoo yang menatap lurus kedepan. “Ini Myungsoo, suamiku.” Jantung Sooji terpacu sangat cepat saat mengatakan kalimat itu. Mengenalkan seseorang yang istimewa kepada ibumu, rasanya seperti,,,,  bangga, takut, dan khawatir secara bersamaan.

“Anyeonghaseyo, Kim Myungsoo imida.” Myungsoo setengah membungkuk. “Seharusnya saya datang sebelum upacara pernikahan, maaf baru mengunjungi anda sekarang.”

“Hari ini aku 27 tahun, Ibu.” Ucap Sooji tersenyum, senyum yang sulit diartikan antara bahagia atau sedih.
Myungsoo menatap Sooji beberapa saat kemudian kembali ke depan “Terimakasih tlah melahirkan putri yang berharga. Meski tidak bisa melakukan lebih, Saya berjanji akan menjaga dan berusaha membuatnya bahagia jadi jangan terlalu khawatir.”

Sooji langsung memutar kepalanya kesamping. O! Apa yang barusan ia dengar? Menjaga dan membuatnya bahagia dia bilang? Sooji tidak tau kalimat Myungsoo tadi serius atau tidak tapi sungguh hati Sooji sangat tersentuh atas ucapan Myungsoo.
~

“Ayah akan disini?” Sooji meraih tangan ayahnya, untuk yang pertama kalinya sang ayah bilang bahwa ia akan menginap di kuil. Biasanya setelah melakukan sembahyang ayahnya mengajak Sooji untuk jalan-jalan dan makan di restoran mewah.

“Disini tenang dan asri,,,”

“Tapi ayah bilang,,,” ucapan Sooji terpotong oleh  perkataan ayahnya. “Perasaanmu dan perasaan  ayah berbeda, dulu dan sekarang juga berbeda,”

“Myungsoo, bawa Sooji pulang dengan selamat.” Myungsoo setengah membungkuk.

“Ayah,,,” Sooji merengek.
“Pulanglah.”

“Maafkan aku,,,” Sooji memeluk sang ayah sambil menangis. “Aku mencintai ayah jadi jangan membenciku, cintai aku seperti yang ayah selalu bilang.”

“Tentu saja.”
~

Sepanjang perjalanan  Sooji tak mengatakan apapun. Padahal biasanya Sooji yang paling aktif diantara mereka –Myungsoo dan Sooji-.

“Kenapa kau tak berkata jujur padaku?” Myungsoo membuka percakapan,

“Rencananya aku akan pergi dengan ayah, tak ku sangka beliau malah memberitahumu.”

“Sudah kutebak.”

“Em?” Sooji menyerit.
“Mulai saat ini apapun dan bagaimanapun katakan padaku, aku akan menjadi orang yang bisa kau percaya.” Ucap Myungsoo terdengar serius.

Suasana hening beberapa menit, “Ayah melarangku agar tidak terlalu sering datang  ke kuil.” Ucap Sooji. Myungsoo menoleh lalu berfikir, mungkin ayah Sooji takut Sooji akan terluka atau merasa bersalah atas kematian sang ibu. “Kau juga berfikir sama ya?” Mata Sooji masih lurus ke dapan “Padahal aku sungguh tidak masalah. Aku tau Ibu dan Ayah sangat menginginkanku, Ibu merelakan hidupnya untuk membahagiakan ayah jadi tugasku adalah tetap membuat ayah bahagia.”

Perkataan Sooji barusan membuat Myungsoo teringat pada pertemuannya dengan ayah Sooji dulu, waktu itu ayah Sooji sangat terlihat menyukai Myungsoo bahkan secara tidak langsung beliau juga melamar Myungsoo untuk jadi menantunya. “Termasuk menikah denganku?”

“Kenapa kau bertanya begitu? Bukankah kita impas, kau menikah utuk menyelamatkan perusahaanmu dan aku menikah untuk ayahku.”

“Apa kau membenciku?” Tanya Myungsoo singkat.

“Kadang-kadang.” Jawab Sooji. “Aku merasa marah, kesal, dan membencimu.”
Myungsoo terdiam. Ya, sejak awal keputusan menikah ada ditangannya. Namun Myungsoo tak merasa dia salah. Apa bedanya menikah dengan alasan bisnis atau dengan alasan cinta? Keduanya punya prosedur yang sama dimata negara. “Sebagai permintaan maafku aku akan menemanimu jika ada tempat yang ingin kau kunjungi.”

“Tidak ada. Aku ingin pulang.”

“Mungkin taman bermain atau restoran mahal? Biasanya seorang gadis ingin mengunjungi tempat tertentu saat hari ulangtahunnya.”

“Dan aku bukan gadis biasa.” Balas Sooji.
Sekali lagi Myungsoo harus menelan ludahnya dengan susah payah. Baiklah. Sooji bukan  gadis biasa, itu sangat nampak walau kau baru mengenalnya dua puluh menit. Jadi bagaimana cara menghadapi gadis tidak biasa seperti Sooji?

“Apa yang kau sukai?”

“Menggambar.” Jawab Sooji seadanya.

“Yang tidak kau sukai?”

“Kau.”
Myungsoo memutar bola matanya, dia menyerah. Apapun topik pembicaraan yang diambil Myungsoo sepertinya selalu salah untuk Sooji. “Kenapa kau bersikap begini? Bukankah seharusnya aku yang marah karna kau tak jujur?”

Sooji termenung dalam diam. Dia juga tak mengerti atas apa yang ia lakukan. Sebenarnya Sooji merasakan perasaan aneh setiap Myungsoo melakukan sesuatu untuk dirinya, dan sekarang dia hanya berusaha tak runtuh dengan sikap manis Myungsoo hari ini.
~

“Aku ingin pulang.” Sooji melipat tangan didepan dada, tak ada niat sedikitpun untuk turun dari mobil meski Myungsoo telah membukakan pintu untukknya. Mereka berada didepan rumah lama Sooji, dia tak tau jelas alasan Myungsoo membawa dirinya kemari.
“Sebelumnya ini juga rumahmu.”

“Aku punya tanggung jawab kepada mertuaku, Myungsoo.”

“Aku menjamin Ayah tidak akan marah, kau tau kenapa? Karna kau pergi bersamaku.”

“Tetap saja.” Balas Sooji bersikukuh.

“Hanya sekali. Anggap saja ini sebagai hadiah ulangtahun dariku.”

“Jadi ini hanya alibi agar kau tak perlu membelikanku hadiah?” Sooji menyipitkan mata.

“Aku akan senang jika kau tidak menagih hadiah ulangtahun.” Jawab Myungsoo sambil tersenyum lima jari.
Sooji menatap Myungsoo.

Lagi! Jantung Sooji! Jantungnya berdebar tak terkendali lagi, terlebih saat Myungsoo menatapnya dengan senyum manis itu. Ini adalah moment yang jarang. Sebelumnya Myungsoo tidak pernah tersenyum selebar itu dihadapan orang lain, atau bahkan dia tak pernah tersenyum seperti tadi.

Hingga sampai Myungsoo menarik tangan Sooji dan mendudukkannya diruang tamu, Sooji masih belum bangun dari alam bawah sadarnya.

“Kau melamun?” Sooji mengerjapkan matanya beberapa kali saat Myungsoo menepukkan jari di depan matanya.

“Aku lapar.” Jawab Sooji refleks.

“Kalau begitu ayo makan.”
Sooji menyipitkan mata. Dia kemudian melebarkan mulutnya membentuk huruf O besar ketika dilihatnya banyak makanan tertata dihadapannya.

“Sup rumput laut.” Myungsoo menggeser mangguk berisi sup rumput laut hangat. “Selamat ulangtahun, Bae Sooji. Semoga panjang umur dan terimakasih sudah bersedia menikah denganku.”
“Terimakasih?”

“Kau pasti mengalami banyak kesulitan setelah menikah denganku.” Myungsoo berhenti sejenak memberi jeda pada ucapannya. “Namun apapun itu tolong selalu ingat perkataan temanmu, bahwa pernikahan adalah sebuah takdir. Jadi mari terima takdir itu dengan bahagia.”

Menerima takdir atas pernikahan mereka adalah keputusan yang tepat. Toh kehidupan, orang dari masalalu tak kembali pada mereka. Termasuk,,, cinta.
“Aku ingat, pertama kali ayah mengajariku minum saat aku ulangtahun ke delapanbelas.”

“Ayahmu suka minum?”
“Hanya sake bukan alkohol.” Jawab Sooji.

“Kau?”

“Sebenarnya aku suka rasa Soju tapi aku mudah mabuk.”

“O,,, jadi kau tidak kuat?” Myungsoo mengerlingkan matanya. Sooji tidak menjawab, dia memasukkan satu sedok sup rumput laut dan mulai menikmati makanan dihadapannya.

Selesai makan malam Sooji dan Myungsoo duduk diruang keluarga, mereka menyaksikan acara TV yang sejujurnya keduanya pun tak begitu mengerti, acara comedy yang membosankan.

“Apa setiap tahun kau melewati hari istimewamu dengan membosankan seperti ini?”
Sooji diam, dia mendengar pertanyaan Myungsoo namun tak ada keinginan untuk menjawabnya. Biasanya Sooji pergi menemui Minho secara diam-diam tanpa diketahui sang ayah kemudian mengajak sang pacar minum-minum, karna Minho tidak suka club jadi mereka berakhir dikedai pinggir jalan.

“Sooji?”

“Aku minum.” Jawabnya singkat.

“Sampai mabuk?”
Sampai mabuk,, namun Minho selalu punya cara agar Sooji cepat sadar. Sang gadis menghela nafas. Disaat seperti ini, kenapa Sooji mengingat Minho?

“Pernah minum sake?”
Myungsoo menggeleng.

“Mau mencoba?”
Sooji mengartikan diamnya Myungsoo sebagai jawaban ‘Ya’, dia masuk ke salah satu ruangan dekat ruang tv lalu kembali dengan tiga botol hijau di kedua tangan.

“Ayah selalu minum ini saat ulang tahunku, aku pikir minuman ini punya kenangan tersendiri bagi ayah dan ibu.” Sooji menuangkan sake ke gelas kecil kemudian diikuti Myungoo. “Apa kau sedih hari kelahiranmu sama dengan hari kematian ibumu?”

“Tidak. Aku sedih karna aku merindukannya.” Sooji berhenti sejenak, tersenyum miring. “Rindu? Aku bahkan belum pernah bertemu dengan beliau.”

“Bagaimana denganmu?” Kini giliran Sooji bertanya.

“Aku tidak begitu ingat dengan wajah ibuku. Kurasa dia,, cantik.”

“Kepribadiannya?”

“Em,,, mungkin seperti Soojung. Baik hati, telaten, dan perhatian. Dia sangat mirip ibuku.” Sooji hanya bisa menatap Myungsoo yang bercerita dengan senyum manis diwajah sang pria.
“Sosok yang keibuan ya? Itu cukup sulit.” Gumam Sooji sangat pelan.

“Kau mengatakan sesuatu?”

“Aku? Tidak.” Jawabnya pura-pura tak peduli. “Jadi,, kau suka wanita seperti Soojung? Maksudku,, Kau suka Soojung karna dia mirip Ibumu,,,Maksudku,,,Ah! Lupakan saja.” Sooji menggaruk kepalanya, apa yang dia bicarakan? mungkin dia sudah mulai mabuk.

“Meskipun aku tidak ingat .Tapi setelah melihatmu, aku seperti kembali melihat sosok ibuku.”

“A-Aku?” Sooji menunjuk dirinya sendiri. Myungsoo bilang ia mirip ibunya? Itu berarti,, Sooji type Myungsoo. Mungkin Myungsoo tertarik dengan dirinya atau bahkan Myungsoo menyukainya. Senyum mengambang dibibir Sooji.

“Saat kau berdiri di dapur, saat kau menyiapkan bajuku, punggungmu sangat mirip ibuku.”

“Punggungku?”Ada raut kemarahan dari wajah Sooji. “Kau sudah mabuk ya?”

“Belum. Hanya sedikit pusing. Ayo minum lagi.” Myungsoo terlihat meneguk sake dari botol langsung.

 

Beberapa menit kemudian,,,,
“Kemudian kucing itu berlari menabrak mobil sampai mati,,,hahahaha” Sooji bercerita kemudian tertawa terbahak-bahak.
“Bukan kucing yang berlari kearah mobil, mobil tidak punya mata.” Timpal Myungsoo.

“Aku harap Minho ada disini.” Wajah Sooji menjadi muram, dia benar-benar sudah mabuk.
Myungsoo berdecak, “Minho lagi? Kau selalu mengatakan Minho Minho Minho. Siapa sebenarnya Minho?”

“Siapa Minho?” Sooji bertanya pada dirinya sendiri. “Siapa?” Sooji menggerutkan dahi. “Benar. Aku belum pernah mengenalkannya padamu.” Guman Sooji tidak jelas. Sooji menggaruk-garuk kepalanya sehingga mngakibatkan rambutnya berantakan.
“Dia bukan cinta pertamaku. Bukan, namun Minho pacar pertamaku.” Sooji mengela nafas berat, seolah mengeluarkan kesesakan dada. “Minho satu-satunya pria yang berani mendekatiku dan itu membuatku kagum. Namun seberaninya dia, Minho tidak cukup berani untuk menghadap ayah.”

“Soojung cinta pertama dan pacar pertamaku, bukankah kami patut dikasihani?”

“Stop!” Sooji menaruh jari telunjuknya bibir Myungsoo,

“Jangan sebut namanya. Aku benci Soojung, kau tau?”

“Aku mengerti, aku mengerti. Kau saja yang bicara, bicarakan lebih banyak tentang pacar pertamamu.” Ucap Myungsoo dengan kepala yang tidak bisa tegak.

“Dia tipe orang yang segan melukai dirinya sendiri jika dia merasa kecewa.”

“Dia tidak samapi bunuh diri kan?” Timpal Myungsoo

“Itu yang aku takutkan.” Jawab Sooji. “Di malam pertungan kita kau tau apa yang dia lakukan? Dia latihan melompat sepanjang malam. Dia berniat membunuh dirinya sendiri.”

“Hey! Berhenti minum. Kau sudah mabuk.” Myungsoo menahan tangan Sooji yang hendak mengambil botol dari atas meja.

“Kau!” Sooji membentak Myungsoo. “Kau melarangku meminumnya karna kau ingin mencurinya kan?”

“Gadis gila.” Balas Myungsoo.

“Ini adalah minuman kesukaan ayahku.” Sooji memeluk botol hijau yang sudah kosong. “Pilihan ayahku selalu yang terbaik, aku tidak boleh menolaknya. Kau pilihan ayah jadi aku tidak boleh menolaknya.” Sooji mendekat pada Myungsoo, menekan bibirnya pada pipi sang pria cukup lama.

Ciuman Sooji yang tiba-tiba membuat Myungsoo langsung tersadar dari mabuk, dia membulatkan mata sangat lebar. “Sooji,,” Gumamnya.

“Kau adalah typeku, dingin tapi sangat tampan.” Ucap Sooji, dia masih dalam keadaan mabuk. “Bolehkan aku menjadi penghangat dihatimu?”

Tuk,,, kepala Sooji terjatuh diatas meja.
“Kau juga sangat imut. Tapi aku tidak menyukaimu, kau tau kenapa? Karna kau sangat sombong. Aku tidak suka gadis sombong.” Ucap Myungsoo, mengamati wajah Sooji. Sang gadis terlihat mengecapkan mulut dengan mata tertutup.
Membelai pipi Sooji, merapikan anak rambut yang terurai menutupi wajahnya. Ia menatap intens setiap inci kulit Sooji lalu turun ke bawah. Leher itu, Myungsoo masih ingat bagaimana air bisa dengan tenang melewati leher Sooji. Myungsoo mendekat, mengendus objek yang sudah ia incar sejak tadi.
Sooji mengerang saat Myungsoo mencium titik sensitif dilehernya. Dia menjauhkan diri dari Myungsoo. “ Apa yang,,,” Ucapan Sooji terpotong karna Myungsoo langsung mendorongnya terjungkal kebelakang.
Myungsoo menindih Sooji, mencium dan melumat bibir sang gadis dengan ganas. Seperti ada api yang membara ditubuhnya, Sooji tak bisa menahan dirinya untuk tidak membalas ciuman Myungsoo. Mereka saling membelit, berperang lidah.

Desahan lolos begitu saja dari bibir Sooji ketika Myungsoo memasukkan tangan dibalik kaos Sooji, meraba punggung polosnya. Sooji menggerakkan tangannya keatas, memberi kemudahan sang pria untuk melepaskan kaos miliknya. Myungsoo melepaskan bibirnya dari bibir Sooji, membuka kemejanya sendiri dengan terburu-buru kemudian menciumi leher Sooji.

“Myung,, jangan disini.”
Dengan wajah sama-sama merah padam, Myungsoo mengangkat tubuh Sooji kesalah satu ruangan didekatnya. Kamar Sooji.
~
~
~

Sinar mentari yang masuk kecelah-celah jendelan Sooji, memaksa ia untuk membuka matanya. Dia sedikit bergerak, dirasakan tulang-tulang tubuhnya seperti terlepas.
Saat hendak turun dari ranjang, Sooji sadar bahwa ia dalam keadaan telanjang.
Sooji terheyak. Pori-porinya bersentuhan dengan kulit lengket Myungsoo. Dilihatnya sang pria masih dalam terlelap.

“Berapa kali kami melakukannya?!” Pekik Sooji, ia mencoba memutar kembali memaorinya ke tadi malam. Myungsoo menciumnya lalu Sooji membalas ciuman Myungsoo kemudian mereka saling mencumbu kemudian,, “Satu,, hanya satu.” Sooji tersenyum namun memorinya berputar lagi ke dua jam kemudian. “Dua.” Lalu satu jam kemudian. Tiga,,
“Ah! Aku sudah gila.” Sooji mengacak rambutnya kasar.
Myungsoo terbangun karna gerakan Sooji, “Maaf.” Ucapnya pertama kali.
Sooji diam, “Tidak apa-apa. Seharusnya memang begini kan?” jawabnya kemudian.
“Aku tidak ingat apa yang terjadi semalam, tapi yang terakhir sepertinya aku sudah sedikit sadar.”

“Begitukah?” Timpal Sooji. “Argh,,,” Sooji mengerang menekan bagian bawah perutnya.

“Kenapa?” Tanya Myungsoo panik. “Apa aku melukaimu? Katakan sesuatu.”

“Tenggorokanku kering tapi kurasa aku tidak bisa bergerak.” Jawab Sooji dengan wajah kesakitan.

“Biar ku ambilkan air.” Myungsoo memakai celananya, dia terlihat kebingungan mencari sesuatu.  “Aku meninggalkan kemajaku di ruang tengah.”
“Kau bisa memakai kaos olahragaku.” Sooji memberi saran.
~

 

Myungsoo keluar dari kamar dengan mengenakan pakaian olahraga. Dia tersenyum menyapa wanita baya yang sedang memasak didapur. “Anda tidur nyenyak?”

“Ya. Terimakasih.” Jawab Myungsoo. Ia mengambil air mineral dari kulkas.

Saat melewati ruang TV, Myungsoo memunguti kemeja dan kaos milik Sooji. Dia merapikan gelas juga botol-botol sake.

“Tadi malam kalian mabuk?” Myungsoo tersentak ketika tiba-tiba ayah Sooji berdiri didepannya.

“Ye. Ahbeoji.” Jawab Myungsoo ragu, atmosfernya sangat dingin disini.

“Aku tidak melarang Sooji mabuk, karna dia sudah menjadi tanggung jawabmu.  Mungkin kalian sedang dimabuk cinta atau apa, tapi aku tidak suka perilaku kalian. Mabuk? Meninggalkan pakaian diruang tengah? Itu brutal. Kalian akan menjadi orang tua, apa kalian akan menunjukkan sikap itu pada anak-anak kalian?” Ucap Ayah Sooji panjang lebar.

“Maafkan kami.” Myungsoo hanya bisa membungkuk meminta maaf.

“Aku menyuruh ajuhma membuatkan kopi, bawalah.”
Myungsoo mengambil nampan dari tangan wanita baya tadi lalu membawanya ke dalam kamar.
~

“Kenapa kau lama sekali? Tidak perlu membuat kopi juga, air sudah cukup untukku.” Sooji meneguk air mineral dari botol berukuran sedang.
“Aku bertemu ahbeoji tadi.” Jawab Myungsoo.
Sooji membelakkan mata, “Lalu?”
“Lalu apa? Beliau menceramahiku.”
“Ayah pasti marah. Aku tidak pernah begini sebelumnya.”
“Ini karna pengaruh burukku.” Ucap Myungsoo.
“Kau bahkan tidak melakukan apapun,,,” Balas Sooji. “Kecuali saat kau mabuk.” Lanjutnya.
“Memang kau ingat yang kulakukan?”
Sooji tersendak, “Hei! Jangan coba-coba menggodaku.”

“Dasar. Gadis sombong.” Myungsoo mengulurkan tangannya, mengacak halus rambut Sooji. Sooji menyentuh rambut yang disentuh Myungsoo tadi, dia tersenyum menatap wajah datar Myungsoo.
“Bersiaplah. Aku akan menunggu dibawah.” Myungsoo.
“??”

“Aku harus mengembalikan nama baikku dihadapan ayahmu.”

Sooji tersenyum hampir tertawa, “Ayah pasti menyesal mengambilmu sebagai menantu.”
~

Jalanan Seoul yang tak terlalu padat, Myungsoo dan Sooji dalam perjalanan menuju pabrik kosmetik. Sebelumnya Sooji mengajak Myungsoo mencari baju ganti untuk mereka. Buang-buang waktu jika harus kembali kerumah, katanya.
Sepanjang perjalanan Sooji terus melihat layar ponselnya, memutarnya kemudian mengecek lagi.

“Menunggu telfon dari seseorang?” Tanya Myungsoo.

“Bukan.” Jawab Sooji berbohong.

“Apa Minho belum mengubungimu?”
Sooji menoleh, “Bukan begitu,  ini tidak seperti yang kau pikir. Hanya saja biasanya dia orang yang pertama kali mengucapakan selamat ulang tahun. Aneh saja rasanya dia tiba-tiba menghilang.”

“Aku mengerti. Sulit awalnya tapi cobalah untuk melupakan mantan kekasihmu.” Ucap Myungsoo sambil sesekali menoleh pada Sooji.

Sooji tersenyum miring, “Kau sedang menasehati dirimu sendiri?”
Myungsoo menoleh, sedetik kemudian dia sadar maksud Sooji. “Aku memang sedang berbicara dengan diriku sendiri.”

“Project kosmetik selesai sebentar lagi. Aku akan kembali ke perusahaan utama dan kau bisa kembali ke C&P.”
“Aku tau.” Jawab Sooji. “Itu artinya tinggal menghitung hari kau dianggkat menjadi presiden?”
“Kenapa? Kau tidak sabar menjadi istri Presedir Kim Copr.?”

“Em,, bisa dibilang begitu.” Jawab Sooji. “Alasan lain, karna aku akan mengundang  banyak tamu.”

“Dan menjadi semakin sombong.” Tambah Myungsoo.

“Aku tidak sombong.” Balas Sooji. “Hanya membanggakan apa yang aku punya.” Unggkapnya.

“Siapa yang akan kau undang? Teman-temanmu?”

“Ya. Hanya Jieun,  Sulli, Luna, dan Inna. Aku tidak mengundang mereka saat pernikahan jadi,,, ya begitulah walaupun tidak aku undang mereka pasti akan datang.”

“Aku akan mengirim undangan resmi, agar mereka datang bersama suami-suami mereka.” Myungsoo.

“Lalu Yuna,,, adikmu akan mengajaknya kan?”

“Sooji.” Panggil Myungsoo.

“Em?”

“Kau nampak seperti nyonya besar yang tak sabar mengusai harta warisan.”

“Apa sangat terlihat?”

“Menurutmu?” Myungsoo balik tanya.

“Bagi wanita sekelasku itu wajar, kau tahu?”

“Ya. Kupikir semua wanita itu sama kecuali,,,” Myungsoo menggantung ucapannya.

“Soojung? Undang dia juga. Kau semakin bahagia jika gadis itu ada disana kan?”

“Kau bicara apa?” Myungsoo menoleh pada Sooji sejenak. “Yang kumaksud  adalah ibuku. Kau cemburu ya?”

“Ya Tuhan,,” Sooji berdesis sambil melipat tangannya didepan dada.

“Mengaku saja.” Goda Myungsoo, atau itu tidak bisa disebut menggoda juga karna Myungsoo tetap dengan wajah dinginnya.

“Dalam mimpimu.”

“Ibuku bukan wanita karir, beliau mendedikasikan hidupnya untuk kelurga dan anak-anaknya. Itulah yang membuatku kagum.”

“Aku wanita karir, tapi aku tidak pernah mengabaikan kewajibanku sebagai wanita.” Ucap Sooji merasa tersingung, tidak semua wanita Karir itu buruk kan?

Myungsoo mendekatkan diri, berbisik ditelinga Sooji, “Seperti yang ku bilang, kau yang terbaik Bae Sooji.”

Wajah Sooji langsung  memarah padam. Dia teringat kejadian tadi malam, saat dirinya mencium pipi Myungsoo tanpa permisi.
Tunggu,, Memori Sooji kembali berputar. Tidak hanya itu,,,,
    “Kau yang terbaik, Bae Sooji.”
Suasana remang-remang dan Sooji berada diatas Myungsoo. Oh tidak! kenapa bayangan itu semakin jelas?
Perasaan Sooji antara malu juga tersipu, dia mendekap pipinya yang terasa panas.
~
~

“Kita lakukan seperti yang dikatakan Sooji, fokus pada pasar dalam negeri. kemudian menggunakan Korean wave untuk pasar luar negeri.” Sungyeol berhentimenjelaskan. “Kau mendengarkan aku?” Dilihatnya Myungsoo sedang tersenyum bahagia, papahal tidak ada yang lucu dari percakapan mereka.     “Hem? Ya, aku dengar. Lanjutkan?”

“Dunia sedang mengalami deman korea jadi kupikir tidak perduli idol mana yang kita pakai, pasti berhasil. Tapi tetap kita harus mengusahakan Idol yang berpengaruh.” Ucap Sungyeol, dia menatap Myungsoo yang masih senyum-senyum tak jelas.

“Tadi malam berhasil ya?” Sungyeol.

“Apa yang berhasil?”
Myungsoo semakin menyerit, dia tak mengerti arti gerakan alis Sungyeol.

“Kau mendapatkannya.”

“Mendapatkan apa?” Myungsoo masih tak mengerti.

“Sooji, tentu saja. Bagaimana rasanya?”

“Bukan urusanmu.” Jawab Myungsoo dingin.

“Wanita sombong seperti Sooji biasanya sangat panas diranjang.”

“Jangan bicara kotor tentang istriku.” Myungsoo melotot sambil membentak Sungyeol.
“Ow!” Sunyeol mengangkat tangannya. “Tenang Myungsoo, aku tak bermaksud begitu.”

“Dan berhenti mengatakan Sooji sombong.” Myungsoo masih dengan kilatan matanya.
“Arraso,,arraso,,, tenanglah. Aku terkejut sejak kapan kau membela Sooji? Jadi kalian benar-benar melakukannya?”
“Ya! Sungyeol!”
“Baiklah aku pergi.” Sungyeol merapikan dokumen-dokumen yang ia perlihatkan pada Myungsoo tadi. “Akan ku panggil Sooji saat keluar dari sini.” Sungyeol masih sempat menggoda Myungsoo sebelum dia benar-benar pergi.

Beberapa saat kemudian, pintu terbuka lagi. Menampakkan sosok Sooji yang masuk ke dalam ruangan.
“Ada apa dengan Sungyeol?” Sooji duduk dikursi balik mejanya.
“Kenapa?”
“Dia mengatakan hal-hal aneh. Seperti,,,” Sooji nampak berfikir. “Piyama,, panas,,”
“Apa dia mengatakan kalimat kotor?”
“Tidak. Itu kalimat wajar yang diucapakan para lelaki.” Jawab Sooji. “Atau,, jangan katakan kalian baru saja menonton film porno.” Sooji menyelidik.
“Aku tidak melakukannya.”
“Tidak apa. Itu normal kan?”

Apakah itu normal?

Seingat Myungsoo, dirinya hanya menonton film itu dua kali sejak dia SMP. Jika Sooji tau bahwa Myungsoo tidak pernah menonton film sejenis itu, apakah dia kan berfikir Myungsoo tidak normal.

“Nanti ayo pulang lebih cepat.” Suara Sooji membuyarkan lamunan Myungsoo.

“Ada yang ingin kau lakukan?”
Sooji menggeleng, “Aku punya sesuatu untukmu.”

“Itu menyinggungku, Aku bahkan tidak memberikan apapun di hari ulangtahunmu.” Myungsoo.

“Aku harap aku dapat sesuatu setelah ini.”

“Apa yang kau inginkan? Aku akan membelikannya saat perjalanan pulang.”

”Jika itu barang, aku bisa membelinya sendiri.”  Jawab Sooji.

“Aku benar-benar ingin memberikan sesuatu untukmu tapi kau bukan wanita yang mudah, jadi jika ada yang kau inginkan katakan padaku.” Ucap Myungsoo  dengan serius.

Jika Sooji mengatakan yangb dia inginkan, apakah Myungsoo bisa memberikannya?
Sooji tak yakin.

///////////////////////////////////////////////////
A/N    :  KYAAAA! Siapa yang excieted drama terbaru Suzy? Siapa yang ga sabar Suzy maen bareng Kim Woobin? Kyaaaaaa!
Seneng sih tapi ngeri juga. Takut rattingnya jelek, takut ceritanya ga sesuai harapan. Tapi klo jalan cerita dan rattingnya bagus juga pasti netter cari celah buat bahan kritikan, dan tau dong siapa yang bakal jadi korban? Lead female. Yasudahlah, nikmatin ajah. 🙂
Dan,,ehm,,, Silent rider ko ga peka banget ya? Udah ditrollin dua bulan tapi ga ada yang kepancing. Hebat.
Thank for read. DON’T BE SILENT READER AND STOP PLAGIATOR!!! Sorry for typo. Stay tune on this blog and Wait next chapter. Annyeooooong. 😀

 

 

Penulis: cakho

Suka ngayal. Mendengarkan semua musik. Random. Multifandom but I'm Anime fan.

45 thoughts on “Waiting Outside the Line (Chapter 7)

  1. Hayooo apa hayoo sooji minta apa sama myungsoo??? Panas piyama sungyeol otak yadong, malah cari cowok kek myung cuman nonton film begituan 2 kali, baik lagi tanggung jawab, mana dingin nya tu jadi kek keren, ganteng lagi..pilihan appa sooji emg top

    Suka

  2. myungzy masih blm bisa lupain minho sama soojung atau gimana sih ?
    myungzy udah malam pertama…
    sungyeol yadong banget…
    suzy punya apa buat myung ? terus dia mau minta apa juga sama myungsoo ?

    Suka

  3. Knp myungsoo tak bisa kasih suzy ah???? Apa suzy iingiin bayi?
    Heh. Myung kpn kau sadar sih, dsat ga peka

    Disukai oleh 1 orang

  4. jiiiah mereka dh ml ni….tpvpas setengah sadar….
    mereka jg blm bsa nglupain mantan kekasih nya….suzy mo kasih hadiah apa ya buat myungsoo….

    Suka

  5. Suzy mau kasih apa ke myungsoo? Pnasaran

    Suka

  6. Apa yang bakal suzy kasih liat ke Myungsoo? dan apa yang diinginin ncus? Ya??????????????

    Suka

  7. Aku berharap sih Myungsoo uda bsa Lupakan Soojung dan membuka hati buat Suzy.

    Next izin.baca

    Suka

  8. sebenernya agak kecewa mereka ngelakuin itu karna mabuk.. lebih romantis kalo keadaan sadar kayaknyaa..hihihi
    astaga yeol dasar yadong yakali bahas gituan di kantor..
    next ya eon😊

    Suka

  9. wkwk…myung kena omel…yoel yadong,suzy mau minta apa sm myung??????

    Suka

  10. hello kakak salam kenal aku reader baru
    ceritanya bagus…, semangat nulisnya fighting ditunggu ff selanjutnya

    Suka

  11. Lanjut ah, lagi seru!

    Suka

  12. akhirnya *kkk😁😁
    semoga aja suzy cepetan hamil biar myunysoo lupa sama soojung suzy lupa sama minho
    next thor gomawo

    Suka

  13. Akhirnya mereka melakukan itu 😁 tapi mereka masib sama2 blm ngelupain pasangan masing2 ><

    Suka

Tell me what you feel,,