We Home

Thank for visit. leave your coment, please :)

Waiting Outside the Line (Chapter 9 a)

44 Komentar

Title             : Waiting Outside the Line
Author         : Cahya Khosyiah
Main Cast    :  Kim Myungsoo | Bae Sooji
Other Cast    : Kim Moonsoo | Choi Minho | Jung Soojung | Lee Sungyeol |
Original Cast   : Yuna | Kim Sangbum |
Special Cast    :  Lee Hyeri |
Pairing            : Myungzy JJANG!
Genre             : Romance, Married Life.
Rate                : 18+
Disclaimer    : Bae Suzy masih milik Lee Min Ho, Myungzy hanya sebuah fiction. Cerita ini merupakan karangan fikti belaka, hasil imajinasi liar author. Jika ada kesamaan karakter adalah sebuah ketidak sengajaan. Cast dalam cerita ini milik agensi, keluarga, dan pacar masing-masing. But this story is my mine.
Huruf tebal untuk flashback
R&R

WOTL

//////////////////////////////////////////////////

Sesekali Myungsoo melirik jam yang melingkar ditangannya, entah mengapa dia merasa jarum jam berputar sangat lambat. Dimejanya tumpukan dokumen yang belum ia sentuh mencapai 20 cm, ini akibat dari meninggalkan kantor selama lebih dari satu bulan.
Pada umumnya orang akan fokus jika mendapat pekerjaan sebanyak ini namun ia berbeda. Myungsoo merasa tidak tenang, tidak fokus. Ia terus memikirkan apa yang sedang Sooji lakukan.
Myungsoo melihat bagian samping-depan ruangannya yang kosong. Biasanya saat Myungsoo menggerakkan matanya dengan arah yang sama dia bisa melihat kegaiatan yang dilakukan oleh Sooji. Namun sekarang ia sendiri.

Ditempat lain.
Keadaan tak jauh berbeda. Sooji  meletakkan kepalanya diatas meja dengan malas, dia terus menatap jam dinding yang terpasang diruangannya. Karna hari ini hari pertama ia masuk jadi tak ada project yang harus ia kerjakan, Hyeri masuk ke tim lain jadi ia tak tak punya teman ngobrol.

Masih pukul sembilan, sembilan lebih satu detik, sembilan lebih dua detik, sembilan lebih tiga detik. Sooji tidak tahan. Kenapa hari ini waktu terasa lama dan begitu membosankan?

Sooji mengambil ponsel dari tasnya, “Haruskan aku menelfon Myungsoo?” Sooji menegakkan badan, jarinya bergerak aktif mencari kontak Myungsoo. “Apa yang harus kukatakan?” Ia mengurungkan niatnya.

“SMS tidak masalah,,” Bibir Sooji melengkung tersenyum, ia menyentuh ikon surat.

“Em,,, ‘Hai’? Ini menjijikkan kami bukan siswa SMA.” Menghapus kata sebelumnya, Sooji kembali mengetik kaliamat yang ingin dikirim pada Myungsoo. “ Apa yang kau lakukan? Apa yang kau lakukan?” Sooji mengucapkan kalimat tersebut dengan berbagai nada.

“Bagaimana jika dia membacanya dengan nada dingin? Apa yang kau lakukan?” Sooji mempraktekkan nada bicara Myungsoo pada kalimatnya.

Tung!
Sooji tersentak kaget ketika ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk, matanya semakin membulat sempurna saat melihat nama sang pengirim.

“Myungsoo??!!!” Sooji menajamkan matanya, memastikan sang pengirim pesan benar-benar Myungsoo.

 ‘Kau sedang sibuk?’ Isi pesannya. Belum sempat Sooji membelas, Myungsoo mengiriminya pesan lagi.  ‘Jika tidak, nanti istirahat ayo makan siang bersama.’ Sooji mengangkat tinju sambil tersenyum riang, dia memutar kursinya sambil menggerakkan kaki.

Sooji berdehem lalu mulai mengetik, ‘Sebenarnya aku sibuk tapi akan aku usahakan.’
Tak perlu menunggu lama Myungsoo kembali membalasnya. ‘Jangan memaksakan jika kau sibuk.’
Sooji menegeram membaca SMS dari Myungsoo. Sooji harap Myungsoo merayunya atau membujuknya atau yang lainnya.
 ‘Kebetulan aku sedang di luar, jadi aku akan ke kantormu.’  Balas Sooji akhirnya, dia benar-benar tak bisa mengharapkan apapun dari Myungsoo.
‘Kita bertemu di restoran dekat kantorku. …’ Pesan terakhir Myungsoo.
~
Mata Myungsoo bergerak aktif ke seluruh penjuru restoran. Dia tersenyum saat melihat seorang wanita ber-dress kuning sedang duduk menyamping.
Myungsoo berjalan cepat mendekati Sooji, langkahnya memelan ketika dia sudah berjarak tiga meter dari tempat Sooji. Tiba-tiba Myungsoo merasa de javu, disisi ini Myungsoo seperti pernah bertemu Sooji sebelumnya. Myungsoo duduk didepan Sooji masih dengan keheningan.
Karna lama tak bersuara Sooji pun melambaikan tangannya didepan wajah Myungsoo, “Kau kenapa?”
“Apa kau pernah kemari sebelumnya?” Tanya Myungsoo pada Sooji.
“Em,,, sekali. Saat aku akan membicarakan project kosmetik denganmu tapi kau tak ada,” Jawab Sooji.

MLG (5)    Myungsoo mengangkat kedua sudut bibirnya, “Benar. Gadis itu adalah kau.”

Sooji memiringkan kepala, “Apa yang kau katakan?”

“Tidak ada hal yang kebetulan di dunja ini.” Ucap Myungsoo. “Sekarang aku benar-benar percaya bahwa pernikahan kita memang sudah ditakdirkan.”

“Ya,,,” Sejujurnya Sooji hanya mengangguk tak yakin, dia masih tak mengerti ucapan Myungsoo.

“Siapa yang menyangka kita akan menikah dalam masa perkenalan tak lebih dari tiga bulan?”

1 Architecture 101

 

 

 

 

 

 

 

 
“Apa kau sebahagia itu menikah dengaku?”

Myungsoo tersenyum ringan menanggapi pertanyaan Sooji. “Sebelumnya aku tak pernah memikirkan hal-hal seperti ini.”

“Kita menikah, punya anak, lalu menjadi orang tua dan menikahkan anak kita. Terasa menajubkan.” Ucap Myungsoo sedikit menggebu.

Sooji diam mendengarkan setiap kalimat Myungsoo. Jika dilihat lebih seksama mata Sooji terlihat berkaca. Jujur saja saat ini dadanya terasa sesak, dia tak tau harus bagaimana menjelaskan pada Myungsoo.

“Kau yakin ingin menunda kehamilan?”

    Sooji mengangguk sambil tersenyum. Dia datang ke Rumah Sakit untuk berkonsultasi tentang rencana kehamilannya kepada dokter kenalan Sulli. Kata sahabatnya tersebut Dokter kandungan ini sangat bagus.

    “Sebaiknya kau datang bersama suamimu.” Ucap sang dokter.

    “Ye?! Apakah harus?” Tanya Sooji. “Sebenarnya saya datang kesini karna tidak ingin menjadi beban untuk dia.” Jelasnya.

    “Bagaimana bisa seorang bayi menjadi beban? Anak adalah sebuah anugrah,” Sang Dokter berucap dengan lembut.

    “Kami baru menikah dan juga masih belum saling mengenal.”

    “Ini tentang keadaan rahim anda.” Ucap sang dokter lagi.

    “Ada apa dengan rahim saya?”

    “Seharusnya saya menyampaikan pada suami anda juga.”

    “Apa terjadi sesuatu?” Tanya Sooji, perasaannya mulai tak enak.

    “Keadaan ini sangat jarang terjadi pada wanita subur. Biasanya ini adalah faktor genetik. Keadaan ini disebut –“

    “Sebentar,,” Sooji memotong ucapan dokter wanita didepannya, percuma mendengarkan ia tak akan mengerti. “Tolong intinya saja.” Pinta Sooji.

    “Saya tidak yakin anda bisa hamil. Kemungkinan hanya 0,02 persen, tentu saja ini berbeda dengan mandul.”
    “Begitu,,” Gumam Sooji.

    “Anda sudah tau?” Kini sang dokter sedikit menaikkan nada bicaranya, terdengar tak masuk akal.

    “Tidak.” Jawab Sooji. “Ibuku pernah mengalaminya, jadi aku sudah pernah meperkirakannya,”

    “Jika anda sudah memperkirakannya, seharusnya anda tidak punya rencana menunda kehamilan.”

    “Keadaan aku dan suamiku berbeda dengan ayah dan ibuku.” Terang Sooji.

“Aku tidak mau punya anak.” Sooji memalingkan wajahnya kearah lain. Dia tak mau Myungsoo melihat ekpresi sedihnya.

“Kenapa?” Suara Myungsoo terdengar terkejut namun tetap tenang.

“Anak membebaniku.” Dibawah meja tangan Sooji  meremas ujung dress yang ia pakai.

Myungsoo hanya menimpali jawaban Sooji dengan satu huruf ‘O’, melihat wajah santai Myungsoo juga membuat hati Sooji tenang. Setidaknya Myungsoo tak akan sedih jika mengetahui Sooji tak bisa memberikan keturunan pada Myungsoo.

“Kau belum pesan makanan kan?”

Sooji menggeleng. Percakapan barusan membuatnya tak bisa mengeluarkan suara lagi. Ulu hatinya terasa sangat sakit.
~

Selesai menikmati hidangan makan siang Myungsoo dan Sooji tak langsung kembali ke kantor masing-masing, mereka duduk dibawah pohon rindang sisi jalan yang tak terlalu ramai. Sooji menghirup udara lalu mengehembuskan secara perlahan.
“Udaranya segar sekali.”

Myungsoo memutar kepala kesamping, dilihatnya Sooji sedang menghirup udara dengan mata tertutup. Dia tersenyum manis, melihat alis tipis Sooji, bulu matannya, pipi gembul, dan bibir Sooji.

“O! Hujan.” Mata Sooji terbuka, ia mengusap tetesan hujan dipipinya.
Sooji dan Myungsoo pun segera bangkit karna semakin banyak air yang jatuh dari langit.

“Ayo ke mobilku.” Ajak Myungsoo.

Sooji tersentak dengan perilaku Myungsoo, sang pria menggunakan kedua telapak tangannya untuk memayungi kepala Sooji. Myungsoo berdiri disamping Sooji, menggiring istrinya masuk ke dalam mobilnya.

“Wajahmu jadi basah.” Myungsoo mengusap wajah Sooji dengan lembut.

“Kau juga.” Timpal Sooji kaku, dia masih terkejut dengan sikap Myungsoo.

“Kau pasti kedinginan.”
Sooji terdiam menatap Myungsoo yang masih sibuk mengusap wajahnya. Dilihat darimanapun Myungsoo pasti lebih kedinginan, Myungsoo hanya mengenakan kemaja putih tipis Sooji bisa melihat samar-samar kulit tubuh Myungsoo.

“Kenapa? Badanku baguskan?” Myungsoo sekarang mengeringkan rambut Sooji dengan handuk kecil.

“APA?!” Sooji melotot. “Sama sekali tidak.”

“Kalau begitu kau pasti sedang memikirkan –”

“YA! Aku tidak sedang memikirkan apapun.” Sooji memasang wajah garang, menarik handuk dari tangan Myungsoo.

Myungsoo hanya tersenyum tipis. “YA! Berhenti tersenyum seperti itu.” Bentak Sooji.

“Iya,, iya,, kau tak sedang memikirkan apapun.”
“Apa yang kau kerjakan setelah ini?” Tanya Myungsoo.

“Satu dua hal.” Sooji menjawab tanpa menatap pria disampingnya.

“Jika kau tak sibuk bisakah membantuku? Pekerjaanku sangat banyak dan aku tak bisa berkonsentrasi.”

“Jika kau memintaku.” Sooji mengangguk-anggukan kepalanya. Ketika Sooji hendka keluar, Myungsoo menghentikannya. Sooji mentap tangannya yang digenggam Myungsoo.

“Aku akan kembali ke mobilku.”

“Kenapa? Kita pergi bersama saja. Karyawan akan mengurus mobilmu.” Ucap Myungsoo.
~
“Kau harus melihat ini.”

Kepala Myungsoo terangkat, Dia pindah ke tempat duduk  dekat Sooji. “Apa kau selalu mengijinkan karyawanmu untuk mengikuti seminar?”

Myungsoo mengangguk, “Ya, jika itu yang berhubungan dengan pekerjaan mereka.”

“Seharusnya jangan begitu. Kau juga harus melihat manfaat yang diperoleh, contohnya pada kasus ini –“ Sooji memperlihatkan surat perjalanan kepada Myungsoo. “Kenapa dia harus mengikuti seminar macam ini? Mereka sudah mendapatkannya di Universitas.” Terang Sooji.

“Manager dibagiannya pasti sudah memikirkan itu.”

“Bagaimana jika ini akal-akalan manager agar dia bisa ikut berpelesir?” Sooji memiringan kepalanya.
Cukup masuk akal.
Myungsoo tidak pernah memikirkan sampai sana. Manager yang bertugas sekarang adalah pilihan ayahnya jadi Myungsoo tidak merasa ragu, tapi mungkin saja karna sekarang mereka berada dibawah kontrol Myungsoo jadi mereka tidak mengacuhkan Myungsoo.
~

“Ayah, bagaimana jika ada beberapa manager yang menyalahi tugas mereka?”
Setelah meletakkan dua cangkir teh hangat Sooji tidak langsung pergi, ia ikut mendengarkan percakapan antara Myungsoo dengan ayah mertuanya.

“Tentu saja kau harus menegurnya.”

“Tapi,,, mungkin mereka tidak menghormaiku seperti mereka menghormati ayah.” Myungsoo.

“Kalau begitu kau yang masih belum mendapat kepercayaan mereka.” Jawab sang ayah.

“Bagaimana cara mendapat kepercayaan itu?”
Sangbum melepas kacamatanya lalu menutup koran yang ia baca. “Libatkan mereka dalam setiap proyek yang kau kerjakan, awasi terus. Jika kau masih tak bisa menanganinya, kau boleh menegurnya.”

Myungsoo menoleh pada Sooji. “Sooji memberitahuku mungkin ada beberapa manager yang tak acuh padaku.”

“Kupikir karna Myungsoo masih muda dan perusahaan belum sepenuhnya dibawah kendalinya, jadi para karyawan pun mengabaikan Myungsoo.” Kini Sooji juga ikut terlibat dalam percakapan.

“Ya, sepertinya kita harus mempercepat proses pengalihan perusahaan atas nama Myungsoo. Kau cukup cepat dalam mengambil kesimpulan, Sooji.” Sangbum tersenyum memuji menantunya.

“Aku tidak terlalu pandai di mata pelajaran lain tapi kemampuan analisis dan logika-ku cukup bagus.” Ucap Sooji mulai membanggakan diri saat mertuanya sudah tak ada disana.

“Aku akui itu. Tapi kadang kemampuanmu itu sedikit membuat orang kesal.”

“Kau mau bilang aku bertidak tanpa berpikir panjang?”

“Ingat saat kau tiba-tiba muncul dirumah Soojung dan menarikku pergi.” Tentu saja Sooji masih ingat, saat itu Myungsoo membuat Sooji begitu kesal.

“Jadi kau ingin membicarakan masa lalu?”

“Kau bahkan menurunkanku di jalan bebas hambatan, sungguh kekanak-kanakan.” Myungsoo kembali mengenang masa awal pertemuan mereka. Namun tidak seperti biasanya, Myungsoo mangatakan itu dengan diiringi senyum manis.

“Ingat juga, aku tetap menujui hubungan kerja sama dengan perusahaanmu meski kau telat karna pacaran.”

Myungsoo tertawa lebar, “Itu karna ayahmu sudah mengincarku kan?”

“Entahlah.” Sooji melipat tangan didepan dada, dia sudah terpojok. Yang dikatakan Myungsoo semua benar.

“Apa kau percaya padaku?” Tanya Myungsoo terdengar serius.

“Kenapa kau bertanya padaku? Yang dimaksud Ahbojhi adalah para managermu.” Sooji masih dengan wajah suntuknya.

“Ayah bilang mereka tidak menghormatiku karna mereka tidak percaya padaku.” Sooji mengendurkan tangan didadanya, dia membalas tatapan serius Myungsoo.

“Meskipun semua orang berpaling dariku dan tidak ada yang menghormatiku, aku harap kau selalu percaya padaku. Cukup kau.”

“Aku mengerti.” Refleks Sooji menaik-turunkan kepalanya.

“Jangan memasang wajah seperti itu, kau seperti orang bodoh.” Myungsoo menyadarkan wajah cengo Sooji dengan jari-jarinya.

Sooji berdesis, beberapa detik kemudian ia berdehem. “Myungsoo,,, sekarang giliranku  bertanya.”
“Hn?”

“Apa tak masalah jika aku tak mau punya anak?” Tanya Sooji.

“Tidak.” Jawab Myungsoo. “Percayalah.” Ia tersenyum. “Aku tak mau memaksamu jika kau memang belum siap. Aku akan menunggu sampai kau menginginkan seorang bayi.”

“Maksudku, aku –“

“Kau terlihat suka dengan udara pepohonan.” Myungsoo memotong ucapan Sooji. “Maukah kau pergi ke suatu tempat dengaku?  Ini sebagai ucapan terimakasih karna kau sudah membantuku tadi siang.”

Sooji menyerit

“Aku mengajakmu berkencan.” Ucap Myungsoo sangat jelas.

“Em,,, baiklah. Kebetulan besok aku juga tidak ada pekerjaan. Kita bersiap jam tujuh, bagaimana?”

“Ya, semakin pagi semakin baik.” Jawab Myungsoo.

“Kalau begitu aku akan membereskan ini dan bersiap tidur.” Sooji membawa dua cangkir yang sudah kosong ke dapur, setelah sampai dapur ia langsung mengambil ponsel yang berada diatas sudut meja lalu menelfon seseorang.

“Hyeri!” Teriak Sooji setengah berbisik.
“…”

“Batalkan semua sceduelku besok. Kau gantikan aku dirapat, kirimkan hasil rapat setelah kau selesai. Besok, Aku tidak bisa ke kantor.”

Selesai memeberikan sedikit penjelasan, Sooji kemudian menutup telfonnya. Ini moment yang tidak bisa dilewatkan. Myungsoo mengajaknya kencan!!! Benar-benar luar biasa!! Hati Sooji dipenuhi bunga-bunga, ia tak bisa berhenti tersenyum

‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’
A/N    : bersambung ke chapter 9 b.
Thank for read. DON’T BE SILENT READER AND STOP PLAGIATOR!!! Sorry for typo. Stay tune on this blog and wait next chapter. Annyeooooong. 😀

Penulis: cakho

Suka ngayal. Mendengarkan semua musik. Random. Multifandom but I'm Anime fan.

44 thoughts on “Waiting Outside the Line (Chapter 9 a)

  1. suzy masih bisa hamil tapi kemungkinannya kecil…
    gimana kalau myungsoo tau ? semoga myung bisa terima…
    nggak sabar nunggu moment myungzy kencan…

    Suka

  2. Ff favorit update yeayy, gomawo author…jadi bener suzy kemungkinan kecil bisa hamil, tapi kan masih ada keajaiban dan aku yakin suzy pasti bisa hamil, myungsoo ga masalah karna dikira suzy blm mau hamil, tapi kalo dia tau suzy kemingkinan kecil bisa hamil gimana reaksinya myungsoo? Semoga dia tetep trima dan berusaha sama setia sama suzy….bless u all

    Suka

  3. annyoeng thor,maaf sbelummnya aku lupa pernah comment atau ngak di ff ini hehehe mianhe ne 🙂
    aku suka bgt sm myungzynya disini masih pd kaku satu sama lain….
    huhfff apa suzy akan mengalami seperti eomma suzy,smga jgn sampai myung hrus memilih antara anak apa suzy ya thor
    next fighting ne!!!

    Disukai oleh 1 orang

  4. baru ngira suzy hamil, dipart ini udh dijelasin suzy gak bs hamil 8″) kyknya myungsoo udh mulai suka suzy tuh ahahay

    Suka

  5. Aduhh Gimana Nnti nasib Suzy?! Hueee

    Ffnya keren

    Suka

  6. hem.,jd begitu suzy kenapa bs sakit.
    Smoga aja bisa punya anak… Kyaa hubungan mreka semakin deket
    next chap. Thor

    Suka

  7. waaah mo kencan ni,seneng bgt sooji….
    kasian sooji lo riwayat kehamilan nya spt mama nya….:-(
    mg ada keajaiban……

    Suka

  8. keknya suzy sakit gara2 kepikiran dia sulit punya anak deh.. myung manis banget ga masalahin suzy gamau punya anak..
    yey akhirnya mereka kencan perdana

    Suka

  9. Omaigaaattttt!!! Aku gigiT jari…

    Suka

  10. ya ampun ternyata suzy susah hamil,trus fi tambah dia mau nunda lgi…mau kencan,kr2 mrk kalau kencan sering berantem ga ya?????

    Suka

  11. Suzy kamu masih bisa hamil kok, walaupun kemungkinannya kecil. Myungzy seneng bgt, tp blm menyatakan cinta. Tak papa yg penting mereka saling percaya

    Suka

  12. jadi suzy susah hamil ya kayak ibunya
    duhh padahaludah ngebayangin myungsoo jadi appa
    gimana kalok myungsoo tau tentang rahim suzy
    semoga aja suzy jujur sama myunsoo
    next thor gomawo

    Suka

  13. Aduh Myungsoo segala potong omongan Suzy ><

    Suka

Tell me what you feel,,