We Home

Thank for visit. leave your coment, please :)

Waiting Outside the Line (Chapter 8)

45 Komentar

Title              : Waiting Outside the Line
Author          : Cahya Khosyiah
Main Cast     :  Kim Myungsoo | Bae Sooji
Other Cast    : Kim Moonsoo | Choi Minho | Jung Soojung | Lee Sungyeol |
Original Cast : Yuna | Kim Sangbum |
Special Cast    :
Pairing            : Myungzy JJANG!
Genre              : Romance, Married Life.
Rate                 : 18+
Disclaimer      : Bae Suzy masih milik Lee Min Ho, Myungzy hanya sebuah fiction. Cerita ini merupakan karangan fikti belaka, hasil imajinasi liar author. Jika ada kesamaan karakter adalah sebuah ketidak sengajaan. Cast dalam cerita ini milik agensi, keluarga, dan pacar masing-masing. But this story is my mine.
Huruf tebal untuk flashback

R&R

WOTL

///////////////////////////////////////////////////////////////////

Dingin dan tak peduli. Sooji tidak masalah dengan kedua sikap Myungsoo itu kepadanya, namun tak dipungkiri Sooji juga menginginkan Myungsoo yang hangat serta penuh perhatian.

Jangan salah sangka, yang Sooji lakukan saat ini bukanlah upaya untuk menarik perhatian Myungsoo. Sooji tulus melakukan sesuatu untuk keluarga  Kim, karna sekarang keluarga ini adalah keluarganya.
“Hyung,,,” Seorang lelaki muda tersenyum menyapa pada Myungsoo.

“Moonsoo??” Ucap Myungsoo terkejut.

“Dimana Ayah?” Tanya Sooji.

“Sedang diatas, sebentar lagi mungkin turun.”

Myungsoo berjalan cepat lalu memeluk erat adik satu-satunya. Ini kejutan dari Sooji. Myungsoo sungguh tak menyangka Moonsoo benar-benar kembali ke rumah.

“Ya! Aku tidak bisa bernafas, Hyung.”

“Dasar adik nakal! Sampai kapan kau akan berhenti membuat orang lain khawatir.”  Masih memeluk sang adik, Myungsoo serius mema

rahi Moonsoo.

“Maaf.” Ucap Moonsoo singkat.

“Kalian sudah pulang? Baguslah.” Sangbum keluar dari kamarnya lalu duduk disofa. Myungsoo, Sooji, dan Moonsoo pun mengikutinya

. Mereka duduk memutar.

“Aku minta maaf. Aku benar-benar menyesal atas apa yang aku lakukan sebelumnya.” Ucap Moonsoo menunduk didepan Sangbum, Myungsoo, juga Sooji.

    “Bersikap baiklah, turuti perkataan ayah dan tugas Yuna adalah mencuri hati beliau.” Kata Sooji pada Moonsoo dan Yuna beberapa waktu lalu.
“Kau sudah memutuskan hubunganmu dengan gadis itu?”
Moonsoo mengangguk.

“Bagus. Aku akan mengatur pertemuan dengan seorang gadis.”

“Sejujurnya, saya ingin fokus pada pekerjaan. Saya akan membawa Kim Copr kearah lebih baik.” Balas Moonsoo.

Wajah Sangbum tiba-tiba memucat, mungkin karna sanking terkejutnya. Begitu juga dengan sang kakak, Myungsoo.

Perlu diketahui bahwa sejak masuk ke dunia bisnis selama tujuh tahun Moonsoo tidak pernah menganggap pekerjaan sebagain prioritasnya. Dia bahkan secara terang-tarangan mengungkapkan bahwa dia tidak tertarik dengan dunia bisnis. Namun hari ini Moonsoo mengatakan hal yang tidak pernah terlintas di kepala ayah dan kakaknya.

    “Aku tidak mau.” Moonsoo menolak keras masukan dari Sooji. “Jika aku menyerah pada Yuna, ayah pasti akan mencarikanku gadis lain.”  

   “Kenapa ada orang kaya bodoh sepertimu?” Ucap Sooji pada Moonsoo. “Katakan saja, kau ingin fokus pada Kim Copr.”

“Kau sedang tidak bercanda kan?” Myungsoo bertanya.
Moonsoo menggeleng dengan tanpa keraguan.

“Aku senang mendengarnya.” Ucap Sangbum.

“Kakak ipar banyak membantuku. Dia membimbingku untuk mengambil keputusan yang tepat.”

Sooji tersenyum menunduk pada Ayah mertuanya.

    “Kau itu laki-laki. Ayah mengaturmu karna dia tak percaya padamu. Jadi tunjukkan bahwa kau bisa.”
    Moonsoo mengangguk-anggukan kepala. “seharusnya kau bertemu kakak lebih cepat dan memberikan nasehat ini padanya.”
    “Aku jamin, dia tidak akan mendengarkankku.”
~

“Bagaimana kau membujuk Moonsoo?” Myungsoo menutup pintu, matanya mengikuti pergerakan Sooji di kamar mereka. Sooji terlihat membersihkan wajahnya dengan dengan cairan yang Myungsoo sendiri tak tau apa namanya.

“Aku menagih hadiahku.”

“Katakan padaku apa yang kau mau.” Myungsoo bersandar pada tembok disamping Sooji.

“Rumah, Mobil, Saham, Tanah, lalu liburan keliling Eropa.”

“Kau akan mendapatkannya saat aku sudah menjadi Presedir.” Ucap M

yungsoo.
Sooji tersenyum tertahan ketika Myungsoo meninggalkannya. Rasanya menyenangkan mengerjai Myungsoo yang dingin.

~

~

“Bulgoki untuk adik iparku.” Aroma daging menyeruak keseluruh ruangan. Sooji meletakkan sepiring besar masakan daging ditengah meja.

“Ini daging sapi korea! kakak ipar memang yang terbaik.” Mata Moonsoo berbinar melihat apa yang ada didepannya.

“Kau tau makanan kesukaan Moonsoo?” Myungsoo bertanya pada Sooji.

Sooji mengangguk, “Moonsoo memberitahuku.” Jawabnya.

“Kau harus memberitahu Sooji juga jika kau ingin dia memasakkan makanan kesukaaanmu.” Ucap Sangbum.

“Besok ada pameran. Apa kakak ipar mau melihat bersamaku?”

L (15)

Myungsoo menatap Moonsoo, Moonsoo juga tau Sooji suka seni gambar? Sudah sejauh itukah hubungan Moonsoo dan Sooji? Myungsoo bertanya dalam hati.
Myungsoo yakin Sooji tidak tau apapun tentang dirinya, Myungsoo saja baru tau kemarin bahwa Sooji suka menggambar.

“Sepertinya menarik.” Jawab Sooji menujui ajakan Moonsoo. “Apa kau mau ikut juga?” Pertanyaan Sooji beralih pada Myungsoo.

“Kakak sibuk. Benar  kan?” Moonsoo menjawab pertanyaan Sooji, sebelum Myungsoo menjawabnya.
“Aku tidak bisa.” Jawab Myungsoo singkat.
~

“Aku suka buah dan sayur, terutama tomat.” Sooji memutar tubuhnya ketika Myungsoo bicara. “Aku suka warna hitam dan putih. Aku tidak suka ruangan yang berantakan.”

“Kau bicara padaku?” Sooji menunjuk dirinya sendiri.

“Kita perlu saling mengenal lebih dalam karna kita Suami-Istri.” Myungsoo menekan kata ‘Suami-Istri’. “Selamat istirahat.” Ucapnya.

Sooji masuk kedalam ruang ganti dengan penuh keheranan. Dia ragu dengan maksud Myungsoo barusan, menurutnya itu artinya Myungsoo sedang melakukan pendekatan tapi karna dia seorang yang dingin ia tidak tau bagaimana caranya. Tapi,,, entahlah. Sooji tidak mau ambil pusing. Selain itu ada hal lebih penting yang harus Sooji lakukan.

Sooji mengambil ponsel dari atas meja, lalu mengetik nama kontak dan menekan ikon call.

“Sulli,,” Ucap Sooji setelah terdengar sahutan dari seberang sana.

“…”

“Berikan aku nomer telfon dokter kandungan yang pernah kau ceritakan padaku.”

“…”

“O. Kau akan mengirim lewat sms? Baiklah.”

Tidak sampai lima detik setelah Sooji memutuskan sambungan, ponsel Sooji bergetar menandakan adanya pesan masuk.
~
~
~

Siang ini Sooji bersama Moonsoo melakukan kegiatan yang tlah mereka janjikan sebelumnya. Melihat pameran lukisan.
Myungsoo membuka tirai kamar saat mendengar suara mobil memasuki halaman depan rumahnya. Dilihatnya seoran pria baya keluar dari bangku penumpang. Itu ayah Myungsoo.

Myungsoo kembali duduk seperti sebelumnya. Beberapa menit kemudian ada seorang yang mengetuk pintu. Yang pasti itu bukan Sooji, istrinya tidak pernah mengetuk pintu.
Ketika Myungsoo membuka pintu, nampak sang ayah sedang berdiri dengan tangan didalam saku celana.

“Kau tidak ikut Moonsoo dan Sooji keluar?” Tanya sang ayah.

“Aku sibuk.”

“Kata Ajuhmma kau juga makan dirumah.”

“Aku kira hari ini aku sibuk, ternyata tidak.” Balas Myungsoo.
Sangbum menyerit, jawaban yang aneh. “Carilah asisten agar kau tak bingung.”

“Nde. Ahbeoji.” Jawab Myungsoo.
~

Sudah pukul sepuluh malam, berarti sudah 6 jam Moonsoo dan Suzy berada di luar. Apakah butuh waktu selama itu hanya untuk melihat gambar tak bergerak?
Myungsoo bangkit berdiri ketika mendengar langkah kaki menuju kamarnya.

“Baru pulang?” Sambut Myungsoo saat Sooji baru membuka pintu.

“Kapjagi!” wajah Sooji terlihat pucat karna terkejut. “Kenapa kau ada dikamar tanpa bersuara?”

“Berapa ribu lukisan yang perlu kau lihat sampai harus menghabiskan waktu enam jam?” Tanya balik Myungsoo.

“Kami jalan-jalan sebelum pulang.” Jawab Sooji, dia berjalan melewati Myungsoo dan duduk didepan kaca.

Sooji tersenyum lebar sambil menatap tangan kanannya, karna begitu penasaran Myungsoo pun mendekatinya.

Myungsoo terkejut dengan apa yang ia lihat. Dilihatnya jari manis tangan sang istri melingkar sebuah cicin indah. Namun bukan karna itu ia terkejut, Myungsoo terkejut karna baru pertama kalinya  Myungsoo melihat cincin tersebut.

“Darimana kau mendapatkannya? Dimana cincin pernikahanmu?”  Tanya Myungsoo bertubi sambil memegang tangan Sooji yang bercincin tadi.

“Diri Moonsoo.” Jawab Sooji tersenyum riang.

“Dan kau melepas cincin pernikahanmmu?”

“Aku menyimpannya, tenang saja.” Sooji masih tersenyum.

“Apa kata orang jika mereka tau kau melepas cincin pernikahan dan memakai cincin dari adik iparmu? Lepaskan.” Ucap Myungsoo.

“Orang akan berfikir ini cincin darimu.” Balas Sooji. “Ini adalah pertama kalinya ada seorang pria membelikan aku cicin. Kau tau kenapa wanita suka perhiasan? Karna itu membuat mereka berharga. Jadi biarkan aku memakainya. Oke?”

“Meningat bagaimana minskinnya pacarmu, dia pasti tidak penah membelikan sesautu seperti perhiasan.” Ucap Myungsoo.

“Dia pernah tapi karna terlalu murah dia tidak memberikannya padaku saat aku mengetahui hal itu dia justru membuangnya.”

“Pakain cincinmu lagi,,” Myungsoo mengambil cincin dari tas Sooji dan berusaha menyematkan ke jari Sooji kembali.
Sooji mengepalkan tangannya, “Aku tidak suka model cincin itu, sudah kuno.” Dia serius tidak mau memakai cincin pernikahannya.

“Aku akan membelikanmu yang baru, lepaskan cincin itu.” Perintah Myungsoo.

“Aku akan melepasnya saat kau sudah membelikan yang baru.” Timpal Sooji, meninggalkan Myungsoo. Sama seperti Myungsoo bersikeras melepaskan ciccin dari Moonsoo, Sooji juga bersikeras tak mau melepaskannya.

“Dia bahkan menganggap Moonsoo sebagai seorang pria.” Dumel Myungsoo sangat pelan.
~
~

“Moonsoo, berangkat lah bersama kami.” Myungsoo menghentikan Moonsoo yang hendak membuka pintu mobilnya.

“Tapi kita tidak searah.” Ucap Sooji mengingatkan, mungkin saja Myungsoo lupa.

“Aku akan mengantarmu nanti.” Myungsoo berucap lagi.

“Aku sih tidak keberatan tapi bukankah itu artinya kakak harus berputar.” Moonsoo.

“Tidak masalah.” Balas Myungsoo.
~

Setelah menurunkan Sooji didepan pabrik, Myungsoo kembali melajukan mobilnya. Tidak ada percakapan yang terjadi sebelum lima menit kemudian.

“Kudengar kemarin  kau pergi ke toko perhiasan bersama Sooji?” Myungsoo bicara terlebih dahulu, dia berusaha mengatur nada bicaranya agar terdengar bisa saja, sangat biasa.

“Heem.” Jawab Moonsoo juga dengan senyum, ekpresi sang adik sama dengan Sooji kemarin.

“Dan membelikannya cincin juga?”

“Hn”

“Kau tidak sedang berikir untuk berselingkuh dengan kakak iparmu sendiri kan?”
Moonsoo langsung memutar kepalanya karna ucapan Myungsoo, “Ei!” Moonsoo menunjukkan cincin pasangan. “Aku meminta sooji untuk membantuku mencari cincin yang cocok untuk melamar Yuna.”

“Adik kurang ajar!” Myungsoo menjitak kepala Moonsoo keras. “Jangan panggil kakak iparmu dengan nama.” Bentakknya. “Sebentar,,, apa katamu barusan?”

“Melamar Yuna.”

“Apa-apaan ini? Kemarin kau bilang akan  fokus pada pekerjaan.” Dahi Myungsoo nampak berkerut.

“Itu hanya omong kosong. Sooji yang mengajariku.” Jawab Moonsoo.

“Ya! Berhenti memanggil kakak iparmu dengan nama.” Myungsoo melototi Moonsoo.

“Sooji saja tidak keberatan.”

“Apa?” Mata Myungsoo semakin tajam.

“Baiklah, baiklah.”
~
~

Tak,, tak,, tak,, suara buku berpadu dengan buku lainnya.

Myungsoo dan Sooji sedang membereskan dokumen-dokumen yang akan mereka bawa kembali ke kantor masing-masing. Proyek masa percobaan kosmetik telah selesai, tinggal promosi dan distribusinya.

“Aku langsung pulang.” Sooji mengepaki barang miliknya.

“Aku akan mengantarmu.”

“Tidak perlu, aku naik taxi saja. Kau juga masih ada keperluan di kantor utama kan?” Sooji menolak penawaran Myungsoo. “Aku pergi.”

“Hati-hati.”

Sooji mengangguk sambil tersenyum. Ia kemudian keluar dari ruangan, berjalan menuju pintu keluar. Tak menunggu lama, taxi yang ia pesan sebelumnya pun datang.

“Kita kemana?” Tanya sopir taxi.

“Rumah Sakit, tolong.” Jawab Sooji.
~

 

Dengan tergesa Myungsoo langsung menuju kamarnya. Dia sangat terkejut saat mendengar bahwa Sooji sedang tidak enak bada. Myungsoo tidak menyangka seorang seperti Sooji juga bisa sakit.

Myungsoo membuka pintu  ruang ganti, dilihatnya sang istri sedang berbaring membelakangiknya.

“Ajuhmma bilang kau sakit.” Ucap Myungsoo sangat lembut ketika sudah didekat Sooji.

Sooji bergerak membuka matanya. “Hanya perlu istirahat sebentar.”

“Badanmu panas sekali.” Myungsoo meletakkan telapak tangannya di dahi Sooji. “Aku akan panggilkan dokter.”

“Tidak perlu.” Jawab Sooji. “Aku sudah minum obat penurun panas,istirahat sebentar juga baikkan.”

“Kau yakin?”
Sooji menggangguk.

Belum sempat Sooji memejamkan mata dengan tenang, ia kembali tersentak karna merasakan tubuhnya melayang. Myungsoo membopong tubuhnya keluar dari ruang ganti kemudian membaringkannya diranjangnya.

“Kau butuh tempat yang nyaman untuk beristirahat. Malam ini aku yang akan tidur diruang ganti.” Ucap Myungsoo.

Sooji menatap wajah Myungsoo dalam diam. Jika Myungsoo tau keadaannya apa dia masih sebaik ini? Apa semua akan baik-baik saja? Sooji menghela nafas ringan, dadanya terasa sesak.
~

“Eomma,, eomma,,,”

Myungsoo terbangun dari tidurnya karna mendengar suara rintihan dari luar ruangan. Apakah itu suara Sooji?

Myungsoo keluar dan benar dugaannya. Ia mendapati Sooji sedang menggigil memanggili ibunya.

“Sooji,, bangunlah. Ayo ke rumah sakit.”

Sooji sedikit membuka matanya, “Aku tidak perlu ke rumah sakit.” Jawabnya sangat pelan.

“Tapi badanmu panas sekali.”

“Tidak mau,,,” Sooji mulai merengek.

Myungsoo menghela nafas. Mau bagaimana lagi? Sooji seorang yang sulit. Badan Sooji sangat panas, ini mungkin bukan lah panas biasa namun Sooji bilang tak mau ke rumah sakit itu berarti dia  tak mau ketempat itu.

Myungsoo keluar dari kamar, tiga menit kemudian ia kembali dengan baskom berisi air hangat. Dengan telaten sang pria memeras handuk yang sudah dicelupkan ke air hangat dan meletakkan di dahi Sooji. Lagi, dia melakukannya setiap lima menit sekali.

Air sudah hampir dingin namun panas Sooji tak kunjung turun. Myungsoo hendak menganti air hangat namun belum sempat dia berdiri Sooji mengehentikannya.

“Jangan pergi.” Rintih Sooji dengan mata terturtup. Myungsoo mengurungkan niatnya, dia melirik tangan kirinya yang tengah didenggam Sooji. Sangat erat.

“Aku tidak mau sendiri.” Ucapnya mengigil.
Myungsoo pun duduk disamping Sooji dengan tenang. Tangan kanannya terulur ke puncak kepala Sooji, mengusapnya dengan lembut. Seorang yang sombong ternyata juga bisa sakit, dia juga membutuhkan seseorang disaat seperti ini. Pikir Myungsoo.

“Myungsoo,,”

“Hm?” Myungsoo mendekatkan kepalanya agar ucapan Sooji terdengar lebih jelas.

“Aku takut,,,”
Reflek tubuh Myungsoo bergerak, ia mendekap kepala sang istri di dadanya. “Aku akan tetap disini.” Ucapnya menenangkan. Tanpa diketahui  Myungsoo, air mata Soooji mengalir deras. Sooji menagis tanpa mengeluarkan suara.
~
~

Keesokan pagi.
Myungsoo bergerak tak nyaman, ia bangun dari tidur karna merasakan tulang punggungnya seperti akan patah. Wajar saja, lebih dari 4 jam dia tidur membungkuk.
Mata Myungsoo langsung terbuka sempurna ketika tak mendapati Sooji ditempatnya tadi malam. Dia mencari di kamar mandi dan ruang ganti, namun nihil. Sooji tak ada dalam kamarnya.

Myungsoo turun ke bawah dengan terburu-buru, dia sedikit bernafas lega ketika dilihatnya Sooji sedang melakukan kegiatan seperti biasanya.

“Kau sudah bangun?” Sambut Sooji melirik Myungsoo.

“Kenapa kau disini?”

Sooji menoleh, “Karna tempatku memang disini.”

“Tadi malam badanmu sangat panas.” Ucap Myungsoo meletakkan punggung tangannya didahi Sooji.
“Aku baik-baik saja. Maaf tadi malam merepotkanmu.” Sooji menyingkirkan tangan Myungsoo dari dahinya.

Nafas Myungsoo seakan tercekat. “… maaf tadi malam merepotkanmu?”. Perlakuan macam apa ini? Seharusnya dia mendapat ucapan terimakasih bukan permintaan maaf.

“Kau,,, kau punya banyak kepribadian ya?”

“Apa yang kau bicarakan?” Sooji.

“Tadi malam kau – ”

“Aku sudah baik-baik saja.” Potong Sooji.

Myungsoo merasa Sooji saat ini bukanlah Sooji yang tadi malam. Tadi malam dia sangat lemah seperti kucing yang minta dikasihani namun sekarang Sooji menjadi kucing galak lagi.

Tapi lebih dari itu, Myungsoo merasa bersyukur bahwa Sooji baik-baik saja. Jujur saja tadi malam ia merasa sangat khawatir.
~

“Kau yakin akan ke kantor?”

Sooji mengangguk, “Lalu apa yang harus kulakukan?”

“Sebaiknya kau periksakan dirimu.” Ucap Myungsoo berjalan dibelakang Sooji.

“Tidak perlu.” Jawabnya.

“Kakak ipar sakit?” Moonsoo yang mendengar percakapan singkat Myungsoo dan Sooji langsung bisa mengambil kesimpulan.

“Hanya panas biasa. Aku sudah baik-baik saja.” Balas Sooji.

“Sooji – “ Sooji masuk mobil, tak menghiraukan panggilan Myungsoo. “Ayo berangkat.” Teriaknya. Sooji malas mendengar nasehat-nasehat Myungsoo yang menurutnya tidak lah penting. Tapi alasannya bukan lah itu,,,

“Sedang apa kau disini?” Moonsoo membuka pintu depan mobil Myungsoo.

“Ye?” Sooji memiringkan kepala bingung namun sedetik kemudian dia tersadar. Sooji hampir lupa jika dia tak sekantor lagi dengan Myungsoo.
“Sepertinya kau masih sakit.” Ucap Myungsoo mengamati Sooji yang masuk kedalam mobilnya sendiri.
Sooji hanya mengangkat tangannya tanpa berkata apapun. Dia sangat malu.
/////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
A/N    = Makasih udah baca, jangan lupa meninggalkan jejak,,,,

Penulis: cakho

Suka ngayal. Mendengarkan semua musik. Random. Multifandom but I'm Anime fan.

45 thoughts on “Waiting Outside the Line (Chapter 8)

  1. next thor!!!!!!!!
    ^_^

    Suka

  2. Jangan jangan suzy hamil?aduuuh penasaran penasaran..next thor..semangat lanjutinnya…

    Suka

  3. Hahaha sooji kkkkk
    Apa sooji hammil? Kalo iya knnp ga ngasih tau myunng?
    Myung cemburu ya sama monsoo kok

    Next thor

    Suka

  4. Apakah suzy eonni hamil ????
    Huwaaa penasaran ama kelanjutannya…
    Next
    mian baru comment di part ini…

    Suka

  5. apakah suzy hamil,amin ajah deh biar moment myungzy banyak.next thor….

    Suka

  6. sooji sakit …..jng2 dia hamil,,,,,moga aja…hi2
    myungsoo cemburu sama adeknya sndiri…
    dtunggu next nya thoor…
    makin seruuuuu….

    Suka

  7. Suzy sakit apa? Jdi mkin penasaran, apa suzy hamil yah?

    Suka

  8. kalo suzy nya sakit jadi demen dah baca ffnya, berasa lg dimanjain sama author..
    soalnya couplw ini bkalan sweet kalo salah satu dr mereka ada yg sakit.. heehe

    Suka

  9. suzy hamil kali tuh :v bagus thor suka ceritanya ❤

    Suka

  10. Ada apa dgn Suzy?!

    Hahaha Myung myung. sma adik sendiri cemburu juga wkwkwk

    Suka

  11. jangan jangan suzy hamil.. 😰
    mereka ngapain masih pisah ranjang coba –” dasar myungzy pasangan kocak
    mereka blm bilang saling suka yaa.. huhuuu

    Suka

  12. suzy kenapa???suzy dn monsoo selalu kompakkk…cieeee suzy udah kebiasaan satu kantor sm myung…kkkk

    Suka

  13. Sooji hamil kah? Kalo bnr knp dia tdk blg ke myungsoo

    Suka

  14. sooji sakit apa ?
    jangan” hamil tapi kalok hamil kok badanya panas
    semoga aja suzy hamil.😁

    Suka

  15. screen. As an industry we need to put more emphasis on user research – understanding “what do people want as they watch TV?” What kind of experiences scale for different types of TV

    Suka

Tell me what you feel,,