We Home

Thank for visit. leave your coment, please :)

Waiting Outside the Line (Chapter 13)

1 Komentar

Title                 : Waiting Outside the Line

Main Cast        :  Kim Myungsoo | Bae Sooji

Other Cast       : Kim Moonsoo | Choi Minho | Jung Soojung | Lee Sungyeol |

Original Cast   : Yuna | Kim Sangbum |

Special Cast    : Lee Hyeri |

Pairing             : Myungzy JJANG!

Genre              : Romance, Married Life.

Rate                 : 18+

Huruf tebal untuk flashback

R&R

/////////////////////////////////////////////////

 

Sooji beberapa kali melenturkan lehernya yang terasa kaku. Badannya rasanya sakit semua. Semalaman ia harus tetap terjaga untuk menyelesaikan dokument yang diminta distributor Thailand. Dan syukurlah, kerja keras Sooji tidak sia-sia hingga akhirnya Sooji bisa pulang dengan perasaan tenang hari ini.

Masa sulit tlah terlewati, hal baik akan segera terjadi. Pikir Sooji.

Sooji masuk  ke dalam rumah dengan senyum mengembang dibibirnya. Hari ini ia akan seharian dirumah. Menghabiskan waktu bersama Myungsoo, kemudian malam harinya mereka pergi keluar untuk menikmati angin seoul. Myungsoo pasti …

Sooji terpaku dibawah tangga.

Pemandangan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Myungsoo sedang memeluk mantan pacarnya, Jung Soojung. Dan itu terjadi di rumah mereka. Tepat di depan matanya.

Sooji kira dia sudah siap dengan kemungkinan ini. Apapun dan bagaimanapun, namun ketika melihat Myungsoo memeluk wanita lain,,,, hatinya terasa sakit. Sangat sakit. Seperti ada bongkahan batu besar yang menghalangi pernafannya.

Sooji merasa kehabisan oksigen disekitanya, dia benar-benar tidak bisa bernafas. Namun sebisa mungkin, ia tak membiarkan air matanya keluar.

“Aku akan segera mendapatkan kabar baik.”

Myungsoo dan Soojung menoleh ke samping, tempat Sooji berdiri. Mereka segera melepaskan pelukan. “Kami… tidak…” Ucapan Soojung terpotong-potong tak jelas.

“Aku mengatakan pada Myungsoo untuk membawamu pulang. Dan dia benar-benar melakukannya.” Sooji berdiri didapan  Myungsoo dan Soojung. “Sayangnya Ayah Myungsoo tak ada di rumah.”

Myungsoo hendak membuka mulut, tapi Sooji kembali berkata. “Bukan! Kalian mencari waktu saat tak ada orang di rumah, benar? Karna seperti itulah hubungan hina terjadi.”

“Sooji!”

Sooji mengangkat tangan kanannya. “Aku belum selesai bicara Myungsoo.”

“Dan aku bukan seseorang yang pantas kau bentak.” Sooji masih berucap.

“Tapi kau tau kan?” Sooji beralih pada Soojung. “Ayah Myungsoo tak akan membiarkan kami terpisah walaupun Myungsoo sedang sekarat.” Dia berhenti sejenak. “Ya! Seperti inilah nanti. Kalian harus bertemu secara sembunyi-sembunyi.”

Sooji tersenyum pada Myungsoo dan Soojung. “Tolong jaga baik-baik bayimu. Aku ingin anakku lahir dengan sehat.”

“Cukup! Kau … Apa yang kau katakan?!”Myungsoo menarik lengan Sooji.

“Ogh! Jadi itu belum terjadi? Jangan khawatir, pasti sebentar lagi.”

“Sebaiknya aku pergi.” Soojung bergegas mengambil minibag-nya.

“Kau mau kemana? Setidak kau harus memakan masakanmu.” Sooji mengehentikan Soojung. “… atau kau sudah memasukkan racun?”

“Aku permisi.” Sepatah kata dan Soojung pun keluar dari rumah Myungsoo. Sang pemilik rumah pun tak bisa menghentikannya. Jika Soojung tetap disini, Sooji akan terus menghujaninya dengan kalimat-kalimat terkutuk.

“Dia pergi tuh. Tidak mengejarnya?” Nada Sooji mengejek.

“Aku tidak bisa menghadapimu Sooji.” Ucap Myungsoo meninggalkan Sooji.

“YAK! Aku yang harus berkata seperti itu!!!” Sooji berteriak pada Myungsoo. Hati dan pikiran Sooji tak sinkron. Walaupun kapalanya panas namun hatinya ingin hal terbaik untuk Myungsoo. Tapi…tapi entah bagaimana mulutnya tak bisa ia kendalikan.

Jika hal buruk terjadi, Sooji ingin Myungsoo tetap bahagia.“AAK!!” Sooji berteriak lagi.

‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’

Pasang surut pasti terjadi pada hubungan siapa pun. Dan sepertinya hal itu tidak terjadi pada hubungan Myungsoo dan Sooji. Terlalu banyak hal menyakitkan terjadi, terlalu banyak alang-alang yang mengahalangi mereka didepan sana.

~

“Sayang sekali Myungsoo tidak bersama kita… tidak masalah Sooji sudah cukup.” Seorang pria berjas hitam duduk bersama Sangbum juga Sooji. Dia adalah salah satu pemegang saham di perusahaan Kim Corp.

Sang pria menyederkan tubuhnya kekanan dan tangannya sebagai tumpuan. “Pagi ini aku melihat gambar yang aneh di surat kabar, Sooji.”

Sooji menunduk menghela nafas. Ia sudah tau apa yang ingin orang ini bicarakan. Sebuah foto yang menghiasi seluruh media cetak maupun online. Foto Myungsoo bersama Soojung di cafe, Myungsoo dirumah Soojung, dan foto saat Soojung keluar dari rumahnya.

“Kau juga tahu bahwa image perusahaanmu sangat penting Tn. Kim, aku pun tidak bisa mengatakan apapun jika kau tidak bisa mengendalikan anakmu.” Ucap pria tersebut.

“Aku yang mengundang Soojung ke rumah, saat itu dia sedang sakit.” Sooji memberi penjelasan, ya seperti itulah keterangan yang ia dengar dari Myungsoo.

“Mungkin benar seperti itu,,, tapi yang kudengar adalah wanita itu mantan pacar Myungsoo.”

“Di negara kita.. orang tidak percaya pada kebenaran, mereka hanya percaya dengan apa yang dilihat. Kau mengerti?”

~

~

“KAU MEMANG TIDAK BISA DIPERCAYA!!!”

Craak!!! Sooji  langsung menutup matanya saat ayah Myungsoo melempar vas kaca ke arah tembok. “Rasanya aku ingin membunuhmu!!” Sangbum menarik kerah anaknya, sedangkan sang korban hanya diam tak berkutik.

“Bisa-bisanya kau membawa gadis itu ke rumah saat aku tidak ada!!” Sangbum melempar tubuh Myungsoo ke lantai.

“Apa kau tak lihat Sooji? Dia sampai kehabisan keringat untukmu!!”

“Maafkan aku.” Myungsoo nampak menyesal.

“Kau sudah gila!!” Sangbum mengeplak kepala Myungsoo dengan keras.

“Maafkan aku..” Myungsoo menunduk lebih dalam, sepertinya dia benar-benar menyesal.

Sooji menghela nafas. Bahkan saat Sooji membenci Myungsoo, ia tetap tak bisa mengabaikan sang pria. “Aku akan mengatasinya. Tolong jangan seperti ini.” Sooji menuntun ayah mertuanya untuk duduk agar perasaannya lebih tenang.

~

~

Menghubungi pihak penyebar berita memang hal terbaik yang bisa Sooji lalukan, tapi itu bukan satu-satunya hal. Sooji harus tetap mengatisipasi agar hal seperti ini tidak terjadi lagi.

Sooji berjalan masuk ke sebuah kedai. Ia menghampiri sosok wanita yang tlah menunggunya dipojok ruangan. Jung Soojung. Tentu saja. Siapa lagi? Sooji harus memberi Soojung sedikit peringatan, walaupun sebenarnya Sooji tak ingin melakukan ini.

“Aku tau bagaimana rasanya jatuh cinta. Jika kalian memang saling mencintai aku tidak bisa berbuat apa-apa tapi tolong apapun yang kalian lakukan jangan sampai orang lain tau. Itu sangat berbahaya bagi perusahaan kami.” Ucap Sooji langsung to the poin.

Soojung menunduk  tanpa mengatakan apapun

“Dan sebagai sesama wanita bantu aku menjaga harga diriku.”

Soojung memberanikan diri menatap Sooji.  Yang Soojung lihat, sebenarnya Sooji tidak semenyeramkan itu. Wajahnya teduh dan tatapan mata yang menetramkan, namun memang harus Soojung akui, ketika Sooji membuka mulut ,,, hal-hal buruk terjadi.

“Aku akan menjaga diriku. Maaf atas kesalahan kemarin.” Ucap Soojung.

“Aku bisa mengerti. Pasti sulit mengendalikan diri tapi tolong berusahalah.”

“Kami benar-benar sudah mengakhiri hubungan kami jadi yang kemarin itu sungguh diluar dugaan.”

Sooji mengepalkan tangan, dia tau. Kesalahan sebenarnya ada pada Myungsoo. “Sebenarnya aku ingin berteman denganmu,,,” Sooji berhenti sejenak sambil tersenyum. “,,, tapi kurasa kita tidak bisa.”

~

~

 

 

“Dia tidak akan mengangkatnya.” Ucap Sooji melewati Myungsoo. Mereka sedang berada di kamar Myungsoo. Sang suami sedang duduk ditepi ranjang sambil memegang ponsel, sedangkan Sooji baru saja pulang.

“Aku,,,”

Sooji kembali berkata sebelum Myungsoo menjelaskan sesuatu, “Kau juga harus menjaga jarak sampai keadaan tenang kembali.”

Myungsoo berdiri dengan wajah merah. Sepertinya dia tau maksud Sooji. “Kau menemui Soojung tanpa sepengatahuanku.”

“Apapun yang terjadi pada kalian adalah urusanku juga.” Balas Sooji.

“Kau pasti mengatakan hal buruk kan?” Myungsoo mencengkram lengan Sooji dengan sangat kuat.

“Kau berlebihan.” Sooji berusaha melepaskan diri namun Myungsoo terlalu kuat.

“Jika sesuatu terjadi pada Soojung, aku akan membencimu.”

Sooji terkejut bukan kepalang. Haruskah Myungsoo bersikap berlebihan seperti ini? Apa sang pria tidak tau kejadian yang harus dihadapinya seharian ini?

“Kau gila?!” Sooji berteriak mengibaskan tangan sehingga genggaman Myungsoo terlepas. “Kau mengkhawatirkan wanita itu?!”

“Sooji!!”

“Kau tau apa yang ku alami?!!” Sooji berteriak lebih keras. “Aku terus menjawab pertanyaan yang sama seharian ini! Aku harus tetap tersenyum saat orang lain membicarakanku dibelakang, membicarakan kelemahanku, kekuranganku, keluargaku. Mereka bahkan sampai membahas masalalu ku yang buruk!”

“Mereka bilang, adanya kau membawa wanita lain karna kesalahanku.” Sooji mulai menangis. “Kenapa aku harus mendengar ini juga darimu?!!”

Myungsoo diam, membiarkan Sooji untuk tenang. Tapi setelah Sooji tenang, dia justru kembali mengatakan hal yang tak disukai Myungsoo.

“Tidak masalah jika kau punya gadis lain diluar sana namun ada dua hal yang harus kau lakukan.” Sooji menatap Myungsoo. “Pertama beritahu aku siapa gadis itu. Kedua usahakan agar tak siapapun mengetahui hal tersebut termasuk adikmu.”

“Kenapa aku harus memberitahumu?” Benar. Memang tidak ada yang bisa mengalah diantara mereka. Kesamaan mereka berdua adalah mereka sama-sama keras ego. “Aa, supaya kau bisa melakukan hal yang sama dengan mantan kekasihmu?”

Minho? Tentu saja. Bohong jika Myungsoo tak mengetahui apapun tentang Minho. Bukan karna Sooji pernah menceritakannya tapi karna Myungsoo pernah  mendengar Sooji dan teman-temannya berbicara tentang Minho.

Sooji tersenyum miring menanggapi ucapan Myungsoo, “Tidak.” Sooji menatap lebih tajam. “Agar aku bisa menghadapi media jika perbuatanmu mulai tercium publik. Dan perlu kau tau,,,”

“Aku tidak melakukannya –selingkuh- bukan karna aku tidak mampu namun aku tidak mau. Kenapa?” Sooji diam sejenak. “Demi kehormatanku. Didunia ini satu-satunya hal yang murni milikku sendiri adalah harga diri dan kehormatan, aku tidak akan melakukan perbuatan bodoh yang bisa merusak hal yang aku lindungi. Jadi mohon bantuannya.”

‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’

“Sooji kemarin menemuiku dan aku sudah memikirkannya.”

“Apa yang Sooji katakan tolong jangan pikirkan secara serius.” Myungsoo bicara, Myungsoo dan Soojung duduk bersebrangan.

Soojung menggeleng. “Yang Sooji katakan semua benar.”

“Dia memang sering bicara tanpa berfikir.” Sanggah Myungsoo.

“Sekarang aku tau kenapa ayahmu tidak mengijikan kita.” Ucap Soojung lagi. “Karna aku tidak akan mampu…”

“Dunia yang Sooji hadapi sangat luas, sedangkan aku terbiasa hidup diruangan kecil. Sooji bisa mengendalikan dunia dibawah kakinya tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, Myungsoo.” Setiap perkataan Soojung menyimpan makna.

~

~

 

Setelah pertemuannya dengan Soojung, Myungsoo tidak bisa langsung pulang. Ia perlu memikirkan langkah yang akan dia ambil. Myungsoo sadar, harusnya ia tidak bersikap kasar pada Sooji.

Sang Istri, Sooji sudah melakukan banyak hal untuknya. Myungsoo mengacak rambutnya. Semakin dipikir, semakin Myungsoo sadar ia tak pernah melakukan apapun untuk Sooji.

Karna waktu semakin malam Myungsoo pun berencana untuk pulang,namun ketika hendak pergi telinga tak sengaja mendengar suara yang familiar. Myungsoo mendekat untuk memastikan bahwa suara itu memang milik seseorang yang ia kenal.

~

“Jujur saja.. kau seperti ini bukan hanya karna Myungsoo kan?” Jieun hanya bisa menatap temannya yang terus meneguk soju pada gelas kecilnya.

“Myungsoo dikepala kananmu dan Minho dikepala kirimu. Myungsoo mempengaruhi hidupmu tapi kau terus memikirkan Minho.”

Inna memutar bola matanya keatas saat Sulli ikut bicara. Mereka berencana menenangkan kedaan Sooji, tapi entah kenapa orang ini malah ikut mabuk?

“Minho? Nugu?” Sooji mengebrakkan tangannya diatas meja. “Kemana lagi aku harus mencari Minho? Ke Kutub Utara? Apa Minho berubah jadi Pinkuin di kutub utara?”

“Gawat!” Sooji menepuktanganya dengan keras, hingga membuat semua orang terkejut. “Pinkuin Minho akan memakan ikan  Myungsoo.” Sooji merengek. “Ani,, ani,, ani,, Myungsoo adalah ikan hiu. Dia akan memakan ikan nemo Sooji.” Kemudian Sooji menangistak jelas.

“Ya! Dia sudah mabuk. Aku akan panggilkan taksi.” Luna bersiap bangkit.

“Tidak perlu.”

Luna,Jieun, dan Inna refleks menegukkan tenggorokan ketika tiba-tiba melihat Myungsoo ada dibelakang mereka. Ketiganya saling berpandangan seolah berkata, ‘apa dia mendengar pembicaraan kita?’

“Sejak kapan kau disana?”Jieun bertanya.

“Aku sedang bertemu teman-temanku disini dan tak sengaja melihat kalian.”

“Kami ,,, tadi kami,,, kami sedang,,,” Inna memutar-mutar kalimat. Mencari kalimat yang tepat untuk dijadikan alasan.

“Aku akan membawa Sooji pulang.” Tanpa menunggu persetujuan siapapun, Myungsoo langsung mengangkat Sooji dalam pelukannya, membawa sang istri ke parkiran.

Sesampainya di mobil, Myungsoo membaringkan Sooji dijok belakang mobil miliknya. “Apa yang harus aku lakukan?” Myungsoo berucap sambil menatap Sooji dalam. “Bae Sooji,, katakan padaku apa yang harus aku lakukan.”

~

~

Setelah sampai rumah, Myungsoo mendudukkan Sooji diruang makan. Membuatkan teh garam kemudian memberikannya pada Sooji untuk diminum.

Sooji tak mabuk lagi, meskipun kesadarannya memang belum pulih sepenuhnya.

“Aku ingin bicara tentang kejadian tempo hari.” Ucap Myungsoo serius, namun sepertinya Sooji tak mengacuhkan sang suami. Dia berjalan seakan tak melihat Myungsoo. ”Aku dan Soojung,,,”

“Aku tidak perduli. Tolong biarkan aku istirahat.”

Sooji pergi menaiki tangga tanpa mengatakan apapun.

‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’

Cara menaklukkan wanita?”

Myungsoo langsung menutup layar leptopnya saat tiba-tiba mendengar suara Sungyeol disampingnya. “Seharusnya kau mengetuk pintu dulu.”

“Bocah ini,, aku sudah mengetuk pintu sampai tanganku merah. Lihatlah!” Sungyeol memperlihatkan telapak tangannya yang berwarnah kemerahan. Sepertinya teman Myungsoo ini tidak bohong.

“Itu tidak akan berhasil. Masalahnya kau juga berselingkuh.”

Myungsoo melirik Sungyeol dengan tajam.

“Baiklah. Hanya menjaga hubungan baik dengan mantan.” Sungyeol memutari meja lalu duduk didepan Myungsoo.

“Kau pasti benar-benar mencintai Sooji.”

Myungsoo menimpali pernyataan Sungyeol dengan tatapan, ‘Jangan berkata omong kosong.’

“Perhatikan,,” Sungyeol melirik leptop Myungsoo, mengintrupsikan atasan sekaligus temannya untuk membaca artikel yang sudah ia temukan. “Semua itu tentang pria yang mencoba mendapatkan wanita yang ia cintai.”

“Daripada hanya bicara kenapa tidak memberi saran.”

“Aku sudah memberimu saran tempo hari.” Sungyeol.

“Saran kepalamu! Lihat apa yang terjadi sekarang.”

Sungyeol membalas ‘ups’ tanpa suara. “Bagaimana jika lebih agresif.”

“Kau gila! Dia akan memakanku.” Myungsoo menanggapi saran temannya.

“Jika aku gila, itu semua karna kau.” Sungyeol berdiri. “Cepat tandatangani dokument itu, Direktur sudah menunggunya.”

~

~

~

Menjadi lebih agresif, menjadi lebih agresif, menjadi lebih agresif.

Myungsoo mengetuk-ngetuk setir modil sambil terus mengulang kalimat itu dalam kepalanya. Myungsoo  sendiri tidak yakin tapi ia akan melakukan segalanya untuk mendapatkan maaf dari Sooji.

Myungsoo masuk ke kemar. Sepetinya Sooji belum pulang. Ia mengeluarkan bunga mawar dan menaruhnya dalam pot atas meja. Selanjutnya Myungsoo menyemprotkan parfum aroma terapi di seluruh ruangan tanpa celah terlewati. Dan yang terakhir menyalakan lilin aroma terapi juga

SEMPURNA. Senyum Myungsoo mengembang. Ia buru-buru melepas jas-nya ketika mendengar suara mobil Sooji terpakir dibagasi.

~

~

Sebelah alis Sooji terangkat ketika ia masuk ke dalam kamar Myungsoo.Sang pria sedang berdiri didepan pintu sambil menyembunyikan kedua tangannya kedalam saku.

Sooji mengendus mencium bau menyerengat masuk ke indra penciumannya. “Apa lampunya rusak? Kenapa ada lilin dimana-mana.” Mata Sooji nenelisik ke seluruh ruangan. Cahaya lilin di meja rias, meja samping tempat tidur, dan lantai juga. Sooji merasa aneh dengan atmosfer ini.

Sooji tersenyum melihat saklar listrik dalam posisi off. “Kau belum menyalakan lampunya.” Sooji hendak menyalakan lampu tapi tangan Myungsoo menghentikannya.

“Aku sengaja tidak menghidupkan lampunya.”

“Apa?!!” Sengaja mematikan lampu? Myungsoo sedang linglung atau apa? Pikir Sooji.

Sooji melepaskan tangannya dari Myungsoo ketika merasakan Myungsoo mengenggamnya lebih erat. “Baiklah.” Ragu-ragu Sooji meninggalkan sang pria dan masuk ke dalam ruang ganti.

“Aneh,,” Myungsoo masih bisa mendengar gumaman Sooji sebelum sang wanita benar-benar menutup pintu.

 

Myungsoo melebarkan mulut, menganga. Dia berdecak pinggang sambil mengambil udara sebanyak-banyaknya. Bagaimana bisa Sooji tidak terpengaruh sama-sekali? Padahal dari review yang ia temukan cara ini salah satu yang paling ampuh.

Memang benar. Sooji bukan wanita biasa.

Jangan menyerah. Tekad Myungsoo. Ia membuka dua kancing atas kemajanya dan menyemprotkan parfum, kemudian masuk kedalam ruang ganti tanpa permisi.

“Kya! Aku sedang ganti baju!” Teriak Sooji hanya mengenakan tenktop dan safety ketika tiba-tiba Myungsoo berdiri diambang pintu.

Seolah tak menghiraukan teriakan tersebut, Myungsoo malah melangkah maju mendekati sang istri. Tetap dengan karismanya Myungsoo menarik tangan kanan Sooji. Ia menatap intens wajahnya.

“A..Apa?” Sooji tergagap.

“Kau sangat indah, setiap hari semakin indah.” Myungsoo mengunci Sooji dalam kurungannya, sambil terus menatap wanita yang sepuluh centi lebih pendek darinya.

Ige mwoya??!! Hati Sooji menjerit.

Kenapa Myungsoo tiba-tiba bersikap begini? Jantung Sooji seolah akan keluar dari tempatnya saat Myungsoo membelai lengan. Percikan dan getaran aneh mulai muncul di tubuh Sooji.

“Menjauhlah…” Ucap Sooji tak selaras dengan otaknya. Terbukti. Bukannya menyingkirkan Myungsoo, Sooji justru mengenggam tangan kanan Myungsoo.

“Apa jantungmu berdetak sangat keras?” Tangan kiri Myungsoo kini membelai rambut Sooji dengan lembut.

Mata itu,,, mata Myungsoo, kenapa menatap dirinya dengan indah? Begitu lekat dan dalam. Tanpa sadar Sooji membalas tatapan Myungsoo tak kalah dalam.

Sooji benar-benar bisa pingsan hanya dengan tatapan saja. Dia menutup mata, menyerah.

Myungsoo menyeringai, ia anggap itu sebagai sambutan. Myungsoo mencium bibir lembut Sooji, namun sedetik kemudian Sooji menjauhkan wajahnya.

“Apa yang kau lakukan?” Sooji menjerit dengan nada rendah. Tapi jeritan itu jutru terdengar menggoda ditelinga Myungsoo.

“Menciummu.” Myungsoo menjawab santai. “Dan sebentar lagi yang lainnya juga.”  Sang pria kembali mencium Sooji. Begitu lembut sehingga Sooji tak bisa menolaknya.

Satu-satunya hal yang bisa Sooji lakukan adalah menikmatinya. Sooji memiringkan kepala mencari udara saat Myungsoo mulai meperdalam ciuman itu, memasukkan lidahnya kedalam mulut Sooji.

Gulatan lidah yang mereka lakukan membuat sendi-sendi Sooji lemas.

Biasanya Minho akan berhenti pada titik dimana Sooji sudah tidak bisa berdiri dengan tegak, tapi sekarang Myungsoo justru semakin tak terkendali.

Ia membimbing Sooji duduk disatu-satunya ranjang kecil yang ada diruangan ini sambil terus mencium wanitanya.

Sooji melepaskan ciuman mereka. “Aku …” Belum sempat Sooji berucap, Myungsoo kembali menempelkan bibirnya pada bibir Sooji.

Sooji memundurkan kepalanya kebelakang ketika Myungsoo mencoba memperdalam ciuman itu. Niatnya untuk melepaskan diri malah dianggap kesempat untuk Myungsoo. Sekarang dia benar-benar berbaring dibawah Myungsoo.

Ia menangkup rahang Myungsoo dan menjauhkan diri. “Aku tidak bisa bernafas.” Bukannya berhenti, ciuman Myungsoo malah berpindah ke leher Sooji.

Kali ini dengan setengah sadar Sooji menyilangkan jemarinya dileher Myungsoo. Turuh ke dada Myungsoo dan meremas kemeja sang pria.

 

 

//////////////////////////////////////////////////////////

A/N      : Mari terus bersemangat!!!

Jangan lupa komentar beb 😀

 

Penulis: cakho

Suka ngayal. Mendengarkan semua musik. Random. Multifandom but I'm Anime fan.

1 thoughts on “Waiting Outside the Line (Chapter 13)

  1. Haii haii haii haii..
    Heyy i miss youu miss you so much😆😆
    Ya ampunn ga nyangka akuu ini ada kelanjutannyaaa.. Sebelum baca aku mauu komen duluuu..
    Aku seneng lhoo
    Apa kabarrnya??? Ululu hmm
    Inget akuu tuh suka sekali sama cerita inii.. Ya ampun aku kira ga akan ada kelanjutannyaa.. Ukhh kejutan sekaliii lovee youu

    Suka

Tell me what you feel,,